Jumat, 28 September 2012

Ada apa dengan CPNS BPN??

Ini adalah tulisanku pada akhir tahun 2010 lalu, dibaca-baca lagi kaya’e kok lucu, ngangeni dan ingin rasanya tak share dengan teman2 semua , semoga menginspirasi..

Akupun mendaftar CPNS BPN tahun ini, apalagi tahun ini instansi itu menerima cukup banyak untuk jurusanku yaitu sekitar 75 formasi. Cukup menggiurkan memang.. Segala proses pendaftaran tidak mengalami kendala, semua syarat sudah dilengkapi tanpa kendala apapun. Sampai pada masa ujian tulis aku menemukan hal yang tidak pada biasanya. Ujian tulis dilakukan pada hari Sabtu, 13 November 2010 jam 08.30 namun entah mengapa aku pagi itu tidak begitu bersemangat sehingga aku tiba di Sportorium UMY sekitar jam 08.35, artinya aku terlambat 5 menit. Benar saja pintu sudah ditutup dan oleh penjaganya tidak boleh dibuka lagi. Akupun waktu itu cukup kaget begitu juga dengan beberapa peserta yang terlambat datang. Seketika itu juga aku memutuskan untuk pergi dari gedung itu dan aku hanya kepikiran bahwa barangkali memang aku tidak ditakdirkan di BPN namun aku sangat menaruh harapan pada ujian CPNS di Kementerian Pertanian yang dilakukan dua hari sebelumnya ditempat yang sama.

Disaat aku melangkahkan kedua kakiku meninggalkan gedung itu, maka terdengar suara teriakan dari arah gedung itu, ternyata suara itu dari petugas panitia CPNS dan kami pun akhirnya disuruh masuk untuk mengikuti ujian. Akupun akhirnya langsung berlari menuju gedung itu dan mengikuti ujian CPNS BPN. Di dalam ternyata soal-soal sudah dibagikan dan aku segera mencari kursi ujianku dan segera meminta lembaran soal lembar jawaban ujian.

Pada saat mengerjakan ternyata aku tidak menemui kenyamanan dan kemudahan. Tidak sebagaimana yang aku lakukan pada dua hari sebelumnya ditempat yang sama saat aku mengerjakan soal-soal CPNS Kemtan. Soal BPN ini terasa begitu menyulitkan aku, aku tidak tahu kenapa begitu sulit. Padahal kalau dipikir-pikir semua soal-soal CPNS yang telah aku kerjakan dari berbagai kementerian memiliki substansi dan tingkat kesulitan yang sama. Namun akhirnya akupun bisa menyelesaikan semua soal-soal tersebut dengan penuh ketidakyakinan.hehehe…. Lagipula baru kali ini aku dapati panitia ujian CPNS mengumumkan pada peserta ujian bahwa soal-soal yang dibagikan kemungkinan ada yang salah dan tidal relevan dan akan ditulis diberita acara. Jadi, aku pikir dari segi profesionalitasnya saja mungkin menjadi sebuah tanda Tanya. Sudahlah tidak perlu dicemaskan tentang masalah itu. Kalau diterima ya syukur wal hamdulillah tapi kalau tidak ya..innalillah. (“ketika mimpimu yang begitu indah, tak pernah terwujud ya sudahlah.., saat kau berlari mengejar anganmu dan tak pernah sampai..ya sudahlah..”)

Pada hari pegumuman ujian tulis, ternyata benar rasa pesimisku terjawab sudah. Namaku tidak muncul untuk yang ke dua kalinya di pengumuman tersebut. Aku benar-benar tidak lolos ujian tertulis BPN. Dari sekian banyak yang mengikuti ujian ada sekitar 200 orang dari jurusanku yang lolos tes terulis dan siap untuk wawancara, yang nanti pada akhirnya akan diambil sebanyak 75 formasi. Waktu itu aku tidak menyesal sama sekali, bahkan optimisku semakin tumbuh dan semakin yakin bahwasanya Allah akan memilihkan tempat terbaik bagiku. Setelah melihat nama-nama siapa saja yang lulus, ternyata banyak juga teman-teman dari satu almameter yang dinyatakan berhak ikut tes wawacara. Akupun langsung memanfaatkan kesempatan ini untuk memberikan ucapan selamat kepada teman-temanku yang lolos melalui sms, semoga dapat sukses dalam menghadapi proses ujian selajutnya dan ditempatkan ditempat yang terbaik….(di sisi Nya..). Aku cukup bangga dengan teman-temanku yang lolos semoga jika nanti diterima maka akan menjadi sumber risky yang barokah dan halal untuk mereka. Amiin.

Aku tidak menyesal atas segala kejadian ini. Sekali lagi aku katakan bahwa aku tidak menyesal apalagi sedih, justru senang teman-temanku pada lolos, sebab saat ini begitu sulit mencari pekerjaan. Apalagi untuk jurusanku, waduh susahnya minta ampun kecuali bagi orang-orang yang kreatif dan bermental “petarung”. PNS memang harapan sebagian besar para pencarai kerja di negeri ini. Setiap tahun ribuan orang melamar pekerjaan untuk menjadi PNS. Jika seseorang telah diangkat menjadi PNS atau menjadi “ambtenaar” atau abdi negara yang pasti akan hidup nikmat dan nyaman. Namun yang menjadi pertanyaan adalah kenapa sih aku gagal masuk BPN? Apa salahnya dengan diriku sehingga gagal tes BPN? Jujur aku sebenarnya memang kurang begitu tertarik dengan masuk BPN (karena sudah gagal tes kan? Hehehe….) . Menjadi pegawai negeri kan uenak, apalagi jadi PNS kan kerjanya tidak ngongso, baik buruk tetep digaji, susah di PHK-nya dan tentu saja sebagai PNS dapat berbagai tunjangan serta tentu saja uang pensiun. Kenapa aku tidak tertarik?

Kalau PNS nya sih jujur aku masih tertarik , juga tidak ada yang salah dengan BPN. Namun yang menjadi alasan dan hikmah kenapa aku gagal tes BPN adalah karena pertama adalah pertimbangan geografi atau jarak. Barangkali aku tidak terlalu siap kalau ditempatkan di daerah yang jauh, seperti di Papua, Sulawesi ataupun Kalimantan. Saat ini BPN memang membutuhkan banyak pegawai untuk ditempatkan di Indonesia Bagian Tengah dan Indonesia Bagian Timur, sehingga kemungkian besar banyak yang ditempatkan di sana setelah menjalani training selama 10 bulan di Jakarta. Walaupun saat ini kita tahu bahwa sarana aksebilitas, transportasi dan komunikasi sudah cukup canggih dan modern namun tetap saja mental kedaerahanku cukup kuat sehingga mungkin saja membutuhkan sebuah perjuangan yang ekstra kuat untuk tinggal di “negeri seberang”. Apalagi ibuku juga mewanti-wanti, kalau bisa sih kerjanya jangan jauh-jauh , cukup di Jawa saja atau bahkan di Jogja saja..hehe..aku juga sih orangnya penurut jadi, ga’ mau nyusahin ibu-ku.

Hikmah dan alasan yang ke dua adalah di BPN itu sudah banyak teman-teman dari geografinya. Masa sih aku mau mengikuti arus, ikut ke sana dan ke sini seolah-olah tanpa punya pendirian dan tujuan yang jelas. Selain itu kalau di BPN barangkali kita ga’ nambah teman kecuali sedikit sebab temannya dari dulu ya itu-itu saja. Jadi, kalau ada kementerian yang lain maka aku akan mamilih yang lainnya itu , biar temannya tambah banyak, panjang umur dan tambah rejeki. (ini pendapatku aja sih..)

Alasan yang ketiga adalah, kalau kerja di BPN barangkali ilmu yang sudah aku kuasai di jurusanku tidak banyak terpakai. Emangnya selama kuliah 4 tahun aku dapat ilmu apa toh di geografi UGM? kata salah seorang temanku, kita hanya memakai ilmu kita 10% saja kalau bekerja di instansi itu. Apalagi aku juga tidak begitu menguasai tentang tanah, aku di geografi belajar tentang hidrologi, meteorologi, klimatologi dan peta. Tidak kurang dan tidak lebih. Sehingga bagiku mungkin kurang begitu cocok. Tapi sepertinya kalau dipikir-pikir, banyak teman-temanku (mungkin juga aku sendiri) yang berprinsip entah cocok atau tidak cocok yang penting bisa masuk PNS kan ga’ masalah, iya kan? Yang penting diterima dulu, masalah ilmu dan kompetensi nanti belakangan kan bisa dipelajari. Ada betulnya juga pendapat yang seperti itu, apalagi kalau kepepet tenan dan menjadi pilihan terakhir, yah pasti akan dijalani dengan sepenuh hati asalkan tidak menyimpang dari ajaran syar’i. Jadi, aku memang sepertinya lebih cocok bekerja sebagai penddik, guru, dosen atau di Kementerian Pertanian ini. Jika aku bekerja di Kemtan, maka sebagai “petani” lebih memungkinkan diriku untuk mengeksplore dan mengembangkan ilmu “pranata mangsa” warisane pak Sudib dan bu Emil ini secara lebih baik. Jadi kompetensiku akan semakin terasah, selain juga ilmu tentang “penerawangan jarak jauh” warisane pak Hartono juga dibutuhkan oleh para petani dan kelompok tani modern.

Alasan yang terakhir adalah didasarkan pada fakta dari hasil survey integritas lembaga-lembaga negara baik yang kementerian, lembaga daerah maupun layanan publik yang baru-baru ini dilakukan oleh KPK. Pada tahun 2010 ini lembaga pusat atau kementerian RI yang memiliki nilai integritas tertinggi adalah Kementerian Pertanian, bahkan sejak tahun lalu kementerian itu menempati posisi tertinggi dengan nilai 7,63. Survey integritas ini dilakukan oleh KPK sejak tahun lalu dan sudah 2 kali ini dengan tujuan untuk mengetahui, mengukur serta mengontrol manajemen produktivits kinerja lembaga dan transparansi anggaran dana untuk mengurangi tindak KKN di lembaga-lembaga tersebut . Nilai standar integritas lembaga adalah 6 dari skala rinterval 0-10. Aku lihat pada tahun ini beberapa kementerian atau lembaga non departemen yang nilai integritasnya berada di bawah standar adalah yang terendah Kementerian Perhubungan ada juga Kemhut serta BPN juga masuk di dalamnya.

Tapi aku tidak mengatakan lembaga-lembaga tersebut merupakan lembaga yang “ basah”, tapi memang patut diperhatikan terkait dengan peluang-peluang untuk melakukan KKN. Jadi, memang bagi teman-temanku semua yang sudah bekerja dan mau masuk kerja sebagai PNS di kementerian pusat maupun daerah memang seharusnya berhati-hati. Jangan sampai kita terjebak oleh system yang ada dan juga lingkungan yang ada disekitar kita.Uang bukanlah segala-galanya dalam hidup ini. Rejeki sudah ada yang mengatur. Semuanya juga tergantung dengan kita sendiri apakah mau hidup dengan ridho illahi ataupun dengan cara yang tidak syar’i itu tergantung dengan kita masing-masing.

Kalau berbicara mengenai kompetensi kerja aku hanya kepikiran tentang sebuah kata yaitu profesionalitas, atau bahasa kerennya “itqon”. Negeri ini akan sangat membutuhkan orang-orang yang mempu bekerja secara itqon pada setiap bidangnya sesuai dengan kompetensinya. Jadi, aku yakin bahwa negeri ini bakal maju dengan orang-orang yang mampu bekerja secara professional, jujur ulet dan tidak KKN.

Terakhir aku mengucapkan selamat bagi teman-temanku yang sudah bekerja di instansi negara sebagai PNS atau yang mau bekerja sebagai CPNS atau yang masih berjuang mencari pekerjaan. Tunjukkan bahwa kita adalah orang-orang yang “professional” di dunia maupun di akherat. Semoga Allah SWT memberikan kemudahan dan hasil yang terbaik bagi kita semua.

“Ya Allah berikanlah kepada kami ilmu yang manfaat, iman yang kuat, keyakinan yang tetap, lisan yang berdzikir dan selalu ingat, risky yang halal lagi baik, dan amalan yang solih.” Allah humma amiin.

Sepenggal tulisan diakhir tahun: Jum’at, 3 Desember 2010

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Menarik sekali saya baca tulisan ini mas. Kebetulan saya 1 dari sekian bnyak orang yg lulus dari tes cpns bpn 2010 lalu. Skrg kbetulan lagi tugas di P. Flores.
Sepengetahuan saya saat tes dulu emang tidak ditemukan bberapa hal janggal dengan kualitas soalnya. Iya emang lebih sulit dibandingkan kementerian lain, namun masih di batas kewajaran kan. Hehe..
Dan Alhamdulillah, saat ini bpn sudah bberapa langkah lebih baik dripada generasi sebelum saya masuk. Dan untuk masalah background pendidikan dari Geografi dan Geodesi justru terpakai manfaatnya sampai di daerah lo. Dengan kita ditempatkan sesuai background pendidikan itu justru menjadikan ilmu kita semakin terasah disamping juga di instansi ini sering dilakukan pelatihan2 yg berkaitan dengan pengolahan data geografis maupun pengukuran lapangan guna mendukung sistem aplikasi pelayanan pertanahan yg telah diterapkan bpn sejak 4 tahun terakhir.
JAdi, kalo emang masih minat n syarat ikut tes masih memenuhi, ikutan lagi aja. Skrg sistem rekrutmen lebih rasional, tiap pelamar bisa memilih lokasi penempatan sesuai yg diajukan bpn, tentunya jika menginginkan lokasi di sekitar JAwa atau kota besar di luar Jawa, bpn mensyaratkan nilai lulus tes yg tinggi bagi pelamarnya.
Oke, selamat kembali berkarya sambil menuangkannya lewat tulisan2 atraktifnya. Salam SUPER! :)

Dian Hudawan Santoso mengatakan...

Siap mas, terimakasih atas komentarnya :)., alhamdulillah seiring berjalannya waktu aku sudah mempunyai pilihan mimpi dan cita-cita hidup :)