Saat -saat sholat adalah saat-saat istirahat bagiku dari pikiran yang penuh sesak dan gak karuan., aku pun bergegas meninggalkan rumah untuk pergi ke masjid, seperti biasa tidak banyak yang menunaikan sholat ashar secara berjama'ah dimasjid itu, bisa dihitung dengan jari,,hanya sekitar 4-5 orang saja itupun bapak-bapak, siapa lagi kalau bukan pak Sanyoto, lek Margono, lek Basuki, pak Zanuar dan aku sendiri,,,. tapi aku kira dimana-mana seperti itu, tidak hanya ditempatku saja namun hampir diseluruh pelosok negeri ini. Sholat ashar memang salah satu sholat yang berat untuk dilaksanakan disamping sholat subuh, hal ini telah disabdakan oleh Rosululloh SAW dalam sebuah hadits yang isinya kurang lebih., "barang siapa yang tahu balasan sholat ashar dan subuh secara berjamaah di masjid, maka dengan merangkak pun akan dilakukan" namun sayangnya tidak semua orang mau, tahu, sadar dan syukur-syukur melakukannya.
Hari ini adalah hari Kamis, aku pun teringat bahwa setiap hari kamis ada jadwal mengajar TPA di masjid Nurul Huda. santrinya lumayan banyak lebih dari 30 anak baik putra dan putri. Aku cukup senang melihat antusisame dan semangat adik-adik untuk mengaji. Begitu pula semangat para orang tua santri yang luar biasa. Mereka begitu berharap agar kelak anak-anaknya manjadi anak-anak yang soleh dan solehah. Akupun berharap demikian agar kelak kampung ini menjadi kampung yang memiliki masyarakat yang "madani" masyarakat yang Islami, ada orang-orang yang mampu melanjutkan dan meneruskan risalah para nabi dan anbiya' menyampaikan kebenaran dan kebaikan. Aku pikir kalau tidak mereka siapa lagi?? kalau tidak adik-adik ini siapa lagi kan? Sejak dulu sampai sekarang aku selalu bertanya-tanya demikian dalam benakku. Lantas apa yang bisa aku lakukan??
Mengajar TPA adalah sebuah kewajiban yang harus aku tunaikan selama aku masih mampu, aku pikir entah siapa lagi yang akan melakukannya jika tidak aku harus memulainya dari sekarang, dikampung ini aku merasa tidak ada yang bisa aku harapkan kecuali aku mengharapkan diriku sendiri. Aku hanya bisa menyuruh diriku sendiri untuk tetap istiqomah melakukannya selama aku masih mampu. Walaupun aku sadar bahwa segala keterbatasan pastilah ada. Tapi segala keterbatasan ini aku nikmati saja. Sebenarnya kalau aku pikir-pikir, kenapa kok aku masih disini ya?? kenapa diriku masih ditakdirkan dan diijinkan tinggal disini oleh Alloh? Tinggal ditanah kelahiraku? Pertanyaan itu telah lama muncul didalam pikiranku sejak setelah aku lulus kulaih 2 tahun lalu. Sebenarnya waktu itu aku ada tawaran bekerja menjadi dosen UNP di Padang dan ada tawaran bekerja di Jakarta juga dari kakak angkatanku, tapi entah kenapa aku tidak begitu mempedulikannya dan waktu itu aku memang tidak kepikiran pergi kemana-mana setelah lulus. Aku hanya kepikiran aku pingin langsung melanjutkan kuliah lagi di Jogja, itupun juga karena ada dosen yang menyuruh kuliah lagi dan kebutuhan di jurusan untuk spesialisasi hidrologi dan klimatologi ke depan sangatlah terbuka lebar. Akupun tidak berpikir panjang dan membultkan tekad untuk itu..Akhirnya sampai sekarang aku masih mengajar TPA dan apakah itu adalah pertanda bahwa aku akan tetap setia untuk tidak kemana-kemana?? Tapi dalam perjalanannya dan akhir-akhir ini pikiranku mulai" bergemuruh", banyak sekali kesempatan-kesempatan yang menggiurkan untuk hijrah ke negeri seberang dan sebrang pulau, entah Kalimantan, Sumatera atau bahkan Sulawesi. Tapi entahlah aku kira Allah akan menempatkan dimana yang terbaik bagiku. Ttapi yang pasti aku masih mengajar TPA....hehe.... rada ra nyambung,,kembali ke laptop..
Lantunan senandung Hadad Alwi dan Sulis selalu aku bunyikan melalui menara pemancar masjid sebelum TPA dimulai, karena tanpanya para santri mengira bahwa TPA-nya libur...Aku biasa memaki HP ku sebab kalo harus pake tape agak susah dan kurang praktis, apalagi tape di simpan di gudang lantai atas sebelah kiri, lagian aku juga gak bawa kunci gudangnya, jadi aku pakai HP ku yang lumayan bagus untuk membunyikan music. Aku sambungkan langsung dengan microfon, lucunya kalo pas aku sedang on air kemudian ada yang nelpon atau sms...wah nada nya bisa berubah jadi nada dering Hp ku (islam cinta keadilan…izzatul islam) dan pastilah seluruh pelosok desa akan kedengaran…
Hari ini ternyata cukup spesial, aaahaaa spesial? kenapa? setelah sekitar beberapa menit aku bunyikan senandung lagu, lagu pertama berjudul Jagalah sholatmu,, "Jagalah sholatmu yang lima waktu....". lagu ini memang enak untuk didengarkan dan akupun suka dengan lagu ini..., ternyata setalah 5 menit masih belum ada santri yang nongol..beberapa saat kemudian setelah aku beranjak turun dari tangga masjid menuju lantai 1 ada salah seorang santri yang datang menghampiriku...dengan tergopoh-gopoh rupanya ia sembari turun dari sepeda sambil mengucapkan salam. "As..as..assalamu'alaikum...mas mau ambil seragam TPA, kemarin lupa belum diambil, mbayarnya kurang 20rb kan??,," ..."wa'alaikummussalam...eh dek Sousan, kenapa kemarin belum diambil?"jawabku sembari beranjak turun ke lantai 1. "iya mas, kemarin pas rapat wali santri, bapak ibu pergi..tidak ada yang di rumah, jadi cuman aku sendiri yang di rumah"..."ya, udah gpp,, seragamnya di masjid bawah je, sebentar saya ambilkan ya dek". Setelah aku ambilkan kemudian aku serahkan seragam tersebut ke santri itu sembari berkata " nanti seragamnya dipakai ya dik.." .."iya. mas" kata anak itu sambil ngeloyor keluar masjid tanpa salam...
Wuih....., masjid terasa tampak kotor sekali, lho kok ga' ada karpet nya? pada kemana nih?? sesat aku teringat bahwa karpet-karpet itu sedang di laundrykan dalam rangka menyambut datangya bulan suci ramadhan., tanpa pikir panjang aku pun mengambil sapu dan menyapu lantai masjid yang terlihat begitu kotor. Sesaat ketika aku nyapu datang seorang santriwan dengan malu-malu dibumbui senyum kecil dimulutnya. Tampaknya ia memakai baju baru, warnanya biru kota-kotak dan biru polos untuk celananya. Di dada sebalah kanan tertulis sebuah nama seseorang yang tampaknya tidak asing bagiku dan di dada atas sebelah kiri ada logo TPA Nurul Huda,,,,"subhanalloh..seragamnya baru niih...wuih bagusnya..." selorohku, sambil malu-malu anak itu agak sedikit tertawa tapi tanpa suara.."hihihi..." ., santri kecil itu bernama Alif, lengkapnya Alif Nurochman.., seperti biasa dia memang selalu datang pertama kali setiap ada TPA sebab rumahnya paling dekat diantara santri yang lainnya, di depan masjid soale...hehe. "ya udah, ambil sapu yuk dik, kita nyapu bareng-bareng" pintaku kepadaya.
Tak beranjak lama datang lagi seorang santriwati, perawakannya sedikit agak gemuk tapi tetap cantik ,,,,ia memakai baju dengan warna yang sama dengan Alif, bedanya ia berkerudung dengan kerudungnya berwarna biru muda dihiasi kota-kotak dibagian pinggirnya serta ada sebuah logo TPA di bagian depan, ada semacam sabuk yang terbuat dari kain berwarna biru di pakaian yang ia kenakan, ia memakai rok panjang berwarna biru tua hampir sama warnanya dengan apa yang dikenakan Alif. Terlihat tampak anggun santri itu memakai baju itu...subhanalloh..."assalamu'alaikum.." aku pun menjawab "wa'alaikum salam...eh dek Diah..,,waduh-waduh seragamnya baru nih yee.." anak itu pun hanya senyum-senyum tersipu malu.."yuk ambil sapu, kita bersih-bersih tempat" ajakan ku pada anak itu.
Lantai masjid itu tampak kotor sekali., banyak debu-debu yang bertebaran diberbagai sudut ruangan, memang biasanya setiap kali karpet digulung pasti banyak debu dibawahnya, begitu juga yang terjadi dengan kondisi masjid saat itu. Masjid ini berlantai dua, bagian atas untuk sholat sedang bagian bawah untuk berbagai aktivitas seperti TPA dan agenda-agenda rapat. Lantai bawah beralaskan porselen/tegel warna putih. kaca-kaca jendela terlihat sangat kotor, tampaknya sudah lama ga' di bersihkan sedang atap-atap langit di beberapa sisi sudutnya terlihat beberapa lamat (sarang laba-laba) mulai menempel di dinding. Begitu juga kipas angin gantung yang berjumlah tiga buah diatas langit-lagit itu sudah tampak kotor sekali. Namun kelihatannya kipas-kipas itu kondisinya masih sangat bagus sejak pertama kali masjid ini dibagun sekitar 13-an tahun yang lalu. Pintu ruangan sebelah selatan dekat kamar mandi sudah lama ga' bisa dibuka, karena tergembok dan kuncinya hilang entah kemana. Dulu sewaktu masjid ini belum tingkat, barang-barang yang disimpan di masjid ini sering kecurian. Mereka para pencuri itu mengambil sajadah, mukena, kotak infak dan beberapa barang lainnya. Biasanya mereka melakukan aksinya lewat pintu sebelah selatan ini, karena posisinya memang relative tidak terlihat dari jalan dan cukup tesembunyi. Mereka mencungkil pintu yang terkunci dari dalam, tidak terlalu sulit sebenarnya untuk melakukan hal itu. buktinya para pencuri mudah sekali masuk. Melihat kejadian tersebut sering terjadi di masjid, lantas waktu itu oleh pengelola masjid diputuskan membeli beberapa set gembok untuk mempekokoh keamanan masjid dan alhamdulillah sampai sekarang kejadian itu sudah mulai berkurang. Pintu utama masjid lantai bawah berada di sebelah timur, tepat dibawah tangga menuju lantai dua. Sedang pintu satunya berada di sebelah utara persis menghadap ke jalan. Memang posisi masjid agak ke bawah jika dilihat dari jalan, sedangkan lantai dua kira-kira sejajar dengan jalan. Tepat disebelah utara masjid ada halaman yang agak luas dan cukup longgar untuk bermain futsal atau bulu tangkis. Saat HUT RI warga kampung juga sering mengadakan perlombaan di halaman itu. Di sebelah barat masjid, mengalir sebuah sungai yang jernih airnya, sungai itu adalah sungai Klanduan. Tepat dibawah jembatan sungai Klanduan yang terletak disebelah barat masjid, banyak para pemancing, pemancing itu datang dari berbagai daerah yang aku sendiri tidak tahu dari mana mereka, yang pasti mereka bukan warga kampung ini, kampung yang sejak dulu aman nan tentram serta damai, namun anehnya setiap kali adzan berkumandang para pemancing itu tidak tergerak untuk meninggalkan aktivitasnya untuk menjalankan sholat, entah apa yang ada dipikaran mereka, entah "ditinggal" kemana telinga mereka..hal itu sudah sering kali aku amati.
Matahari sudah mulai enggan tinggal di posisinya sebagaimana beberapa jam lalu. Walaupun begitu langit masih tampak cerah, udara sepoi-sepoi mengalir berhembus melewati sisi-sisi ruang yang kosong, bertiup disela-sela pepohonan dan semak-semak di sebelah selatan masjid. Tidak ada tanda-tanda hujan sama sekali, bahkan bulan yang begitu bersinar terang tadi malam seolah-solah enggan menghilang dari peredaran dan terlihat selalu ingin menampakkan diri, dan selalu ingin dilihat oleh segenap makhlukNya di bumi. Kami bertiga hanyut dalam ayunan tangan menggerakan gagang sapu ke kiri dan ke kanan, tak lama kemudian datang 3 orang santri mengenakan baju yang sama seperti yang dipakai Alif dan Diah, mereka berjalan tersipu malu tersenyum kecil…sambil mengendong tas dan menjinjing rok nya yang tampak kebesaran..kelihatanya mereka tidak terbiasa menggunkan rok..aku pikir tak apalah baru tahap adaptasi, ntar kalo sudah terbiasa pasti mereka tidak canggung..
Subhanalloh, apa yang menjadi impian (adik-adik menggunakan seragam TPA lagi sudah terwujud sekarang). Pada hari itu kami pun tampak semangat ber TPA lagi, dari dulunya yang sering malas-malasan sekarang menjadi rajin lagi, itu semua berkat seragam TPA. Saat itu seperti biasa TPA dimulai sekitar jam 16.15. Sekitar jam tersebut anak-anak sudah pada berdatangan. Ada yang diantar oleh orang tuanya, ada yang jalan kaki, ada yang naik sepeda dan lain sebagainya. Pokonya adak-adak (eh maaf maksunya mau nulis adik-adik tapi kepikiran anak-anak jadi adak-adak.^^) sangat semagat berangkat TPA. Seragam yang dipakai adik-adik sangat cocok dan bagus, tak terlepas dari siapa yag mendesainnya (ehemmm). Untuk seragam santri putra memang diriku yang mendesainnya bahkan sempat dipuji oleh pak Yanuar sang penjahit lhooo..., tapi itu sebenarya lebih pada sebuah inspirasi, dulu aku suka membuat desain seragam untuk kaos sepak bola ketika aku dan teman-teman masih suka main bola plastik dan salah satu desainnya seperti seragam santri putra yang baru ini, namun dulu pada akhirnya aku putuskan membuat desain yang lain untuk seragam bola ku. selain itu saat aku di kampus aku juga pernah membuat desain seragam jaket dan alhamdulillah terwujud, seragam TPA ini bagiku untuk kali kedua membuatnya, yang pertama dulu sekitar tahun 2006, warnanya lorek-lorek hitam mirip Zebra dan yang ke dua ini adalah kombinasi degradasi warna biru.
Inspirasi desain ini muncul juga berkat salah bajunya salah seorang ustadz TPA juga namanya mas Saputra^^. Sudah dua tahun ini mas Saputra tinggal di Jogja untuk bersekolah di salah satu perguruan tinggi negeri di Jogja, dan hampir setahun ini beliau membantu mengajar TPA. Dia tinggal di rumah Embahnya, Mbah Darmo namanya. Dulu saat awal-awal mau membantu ngajar TPA, dia sms ke saya.."mas ada TPA kan di masjid?, gimana sih cara ngajarnya..pake metode apa?"......akhirnya berkat ridho illahi mas saputra mau membantu mengajar TPA hingga saat ini, namun sekarang beliau lagi mudik ke Kanada, dengan menaiki bis (wuihh berapa lama tuh). Memang mas Saputra berasal dari Kanada, eh maaf maksudnya Kedondong, iya Kecamatan Kedondong Propinsi Bandar Lampung Sumatera :) Aku pikir entah apa jadinya jika Allah tak mengirim "malaikat" ke Dukuh untuk membantu ku mengajar TPA. Jadi aku merasa sangat bersyukur dengan hadirnya Mas Saputra itu. Orangnya sih enak, energik dan mudah diajak kerja sama sehingga berbagai agenda kegiatan khususnya TPA dapat berjalan dengan baik dan lancar. Terimakasih mas Saputra..jangan lupa oleh-olehya lho..
Selain mas Saputra, ada lagi orang yag berperan besar dalam mewujudkan seragam TPA yang baru. Beliau adalah mbak Santi., mbak Susanti ini juga sebenarnya bukan orang Jogja. Di Jogja dia bersekolah dan cukup lama tinggal di Jogja namun indekos di dekat kampusnya di UGM. Namun karena punya Simbah di Dukuh, maka saat menengok simbah nya maka terkadang beliau membatu mengajar TPA. Mulai dari survey harga kain, model kain, jenis kain, jadi bendahara, bagi proposal dan bahkan desain seragam putri juga beliau...jadi subhanalloh ibaratnya mbak Santi ini EO nya seragam TPA Nurul Huda! Aku sangat berterima kasih padanya. Jadi sebenarnya yang milih kain itu ya beliau ini. Namun semenjak beliau lulus dari kuliah, intensitas untuk mengajar TPA sudah mulai berkurang dan sudah beberapa minggu ini beliau sudah tidak di Dukuh karena hendak melanjutkan S2 nya di Inggris dan kemudian dilajutkan S3 di Jepang. Iya soalnya Mbak Santi sangat getol kalo ngomong sehari-hari pake bahasa Inggris sekarang ini. "Hi..How are you? will you be back here?", tapi saat-saat ketika dulu masih membantu mengajar di TPA, semuanya terasa sangat menyenangkan dan mudah. Apalagi adik-adik juga seneng diajar oleh mbak Santi. Pernah ada seorang santriwati yg bertanya kepadaku.." Mas.., mbk Santi mana je? kok gak pernah kelihatan?, sudah pulang po? padahal enak je diajar mbak Santi"., Aku Jawab " iya dek, mbak Santi sudah tidak disini lagi. sudah pergi,,sonono jauuuh..." "walaupun beliau sudah gak di sini namun adik2 harus tetap semangat ya TPA nya?".."ya syukur-syukur beliau bisa datang lagi ke Dukuh ketemu dengan adik-adik namun kalaupun tidak ndak usah kwatir, nanti kalian akan seperti mbak Santi hingga bisa menjadi ustadzah TPA yang hebat asalkan tetep rajin TPA nya.."
Alhamdulillah sekarang sudah memasuki bulan Ramadhan., walaupun ke dua ustadz/ah itu pergi for a while, tetapi TPA masih terus berjalan dengan penuh semangat, bahkan temen2 yang dulu sering membantu ngajar TPA sekarang kembali aktif mengajar lagi seperti mas Ado dan Mbak Reru. Mas Ado berjanji akan mengalokasikan waktu luangnya utuk mengajar TPA, aku sangat berterimakasih kepadanya." Mas Ado? besok-besok bisa bantu ngajar TPA lagi ya?" tanyaku kepadanya....."iya mas saya usahakan, tapi kalo hari kamis aku agak telat soale aku ikut les" Jawabnya........."oh,,it is Okay, No Prob" i said…Selain mas Ado ada juga Mas Angger dan mas Habib yang sering mbantu ngajar adik-adik, walaupun mereka tercatat sebagai santri tetapi mereka sudah berhak untuk berlatih belajar mengajar sejak sekarang, supaya ada generasi yang menggantikan dengan labih baik. Untuk yang ustdzah sekarang ada mbak Sari, Ana, kadang ada mbk Devi dan mbak Widia serta ada juga mbak Reru. Mbak Reru sebenarnya sudah sejak dulu menjadi ustadzh, tapi karena kemudian beliau sudah berkeluarga dan punya anak jadi agak sibuk apalagi juga masih harus menyelesaikan studinya di salah satu universitas ternama di Indonesia. Tapi alhamdulillah, akhir-akhir ini beliau sudah bisa membatu mengajar TPA lagi dan semoga kedepannya bisa tetap istiqomah., amiin. Aku sangat beterimakasih kedapa mereka semua..Entah apa jadinya kalo tidak ada para “malaikat” itu..
Seragam TPA sudah jadi alhamdulillah, para ustadz/ah senang, aku senang, santri senang, orangtua wali santri senang..tidak ada yang tidak senang, semuanya senang. Tepat sebelum ramadhan 1432 H seragam nya sudah jadi dan bisa dipakai. Berdasarkan kesepakatan bersama dengan wali santri seragam TPA di pakai setiap hari Senin dan hari Kamis, sedangkan hari sabtu, para santri dapat memakai pakain bebas tapi sopan. Ada satu hal yang masih harus ditunaikan, yaitu seragam ustadz TPA. hemm jadi PR kita semua..!!
Sudah dulu, ya..insya alloh disambung kapan-kapan lagi..mau nerusin "karangan indah" ku lagi..thesis..oh thesis..kapan kah engkau kan berakhir??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar