Senin, 16 November 2009

Bank Sampah

Assalamu'alaikum.Wr.Wb.

Aku nemuin berita yang menarik tentang Bank Sampah, dan mungkin sudah agak "basi". Pertama tama emang tertariknya karena judulnya tuh dah unik sendiri, Gerakan Bank Sampah dari Bantul. Bank Sampah apaan tuh, kalo kita denger bank kan pasti kepikirannya tempat nyimpen ama nabung duit. Nah kalo bank sampah? Masa yang di tabung sampah sih?? Setelah aku baca ternyata beneran yang di tabung tuh sampah..hehehe mungkin banyak yang ga percaya tapi ini beneran lho..para nasabahnya bawa sampah untuk ditabung..jam empat sore antrian bank ini udah mulai rame. Tiap tiap orang tuh bawa tiga bungkusan plastik yang berbeda, kantong 1 berisi sampah plastik, kantong ke 2 berisi sampah kertas dan kantong ke 3 berisi kaleng dan botol. Trus sang nasabah membawa ke tiga bungkusan ini ke petugas teller. Petugas kemudian menimbang tiap-tiap bungkusan sampah tersebut dan memberikan tanda bukti setoran sampah kepada nasabah. Bukti setoran ini lah yang menjadi dasar perhitungan nilai rupiah sampah yang nantinya akan di masukkan ke tabungan nasabah.

Setelah sampah terkumpul banyak, petugas akan menghubungi tukang rosok. Tukang rosok kemudian memberi harga tiap kantong milik nasabah. Catatan nilai rupiah kemudian di cocokkan dengan bukti setoran dan kemudian dibukukan.

Harga sampah sampah itu bervariasi tegantung klasifikasinya. Kertas karton dihargai Rp.2000 per kg, kertas arsip Rp.1500 per kg dan barang yang lain kayak plastik, botol dan kaleng, harganya menyesuaikan ukuran. Tiap nasabah punya karung besar yang tersimpan di Bank untuk menyimpan tabungan sampah mereka. Tiap-tiap karung itu di beri nama dan nomor rekening tiap nasabah, sehingga tiap tukang rosok datang petugas bank ga bingung ini kantong punya siapa.

Bank sampah ini didirikan kira-kira bulan Agustus tahun 2008 lalu dengan nama Bank Sampah Gemah Ripah yang didirikan masyarakat Dusun Badegan, Bantul, DIY. Tiga bulan setelah didirikan, nasabahnya sudah berjumlah 41 orang dari 12 RT berbeda. Untuk sementara jam layanan Bank Sampah ini dimulai pukul 16.00 sampai dengan 21.00, setiap hari senin-rabu-jum’at. Hal ini dikarenakan sebagian besar pekerja bank sampah ini bersifat sukarela Sesuai sifatnya yang sukarela, petugas petugas bank ini tidak menerima bayaran atas pekerjaan mereka sehingga pada pagi harinya mereka masih harus bekerja di tempat lain.

Bank Sampah memotong dana 15 persen dari nilai sampah yang disetor nasabah untuk membiayai kegiatan sehari hari seperti fotocopi, pembuatan buku tabungan dan biaya yang lain.

Sampah yang dikumpulkan saat ini hanya yang bersifat anorganik tetapi kedepannya sampah organik juga memungkinkan untuk diterima dan kemudian diolah menjadi pupuk kompos.

Bagi para nasabah, keberadaan bank sampah ini tentu amat sangat membantu. Mereka bisa mendapat penghasilan tambahan sekaligus lingkungan sekitar mereka juga menjadi lebih bersih. Kalo misalnya bank sampah ini bisa meluas ke berbagai daerah, bukan tidak mungkin permasalahan sampah bisa teratasi selain itu perekonomian masyarakat juga akan membaik.

Menurut aku sih daerah daerah kota besar lain kayak di Jakarta, Bandung, Medan dll atau bahkan kota Jogjakarta sendiri perlu mengikuti cara ini karena dengan begini tiap tiap orang akan melihat sampah secara lain. Sampah juga mempunyai nilai ekonomi yang dapat membantu perekonomian kita sendiri.

Coba kawan, mari berandai-andai sekaligus bermimpi untuk mewujudkan, jika semua desa di seluruh Indonesia memiliki bank sampah, maka bisa dipastikan negara kita tidak akan menemui masalah tentang sampah lagi dikemudian hari. aku pun teringat sebuah peristiwa yang sangat "memalukan" beberapa waktu lalu ketika sejumlah kurang lebih 100 orang mati "hanya" karena tertimbuh oleh tumpukan sampah..lahaula wala quwwata illa billah..ingat sebuah hadits bahwasanya "kebersihan itu bagian dari iman" baik bersih fikriyah maupun bersih jasadiyah. Hidup Bank Sampah!! walaupun aku wong Sleman tapi aku sangat mendukung ide cemerlang dan usaha2 yang telah dilakukan oleh saudara-saudaraku dari Bantul terkait dengan masalah sampah. semoga artikel, harapan, dan motivasi yang diambil dari berbagai sumber ini, dapat bermanfaat bagi teman-teman dan kita semua. amiin. Wassalamu;alaikum.Wr.Wb

Sabtu, 07 November 2009

KKN
(Kuliah, Kuliah Nglanjutke kuliah)


Minggu ini banyak kuliah yang kosong, aku pikir memang hal itu sangat wajar apalagi bagi mahasiswa pascasarjana, karena pengajar atau dosen-dosen yang memang rata-rata bergelar professor atau doctor yang pastinya selalu memiliki kesibukan yang luar biasa. Ada yang keluar kota, keluar negeri, proyek sana dan proyek sini dan lain sebagainya sehingga berdampak pada aktivitas akademik di program pascasarjana yang aku ambil. Contohnya saja hari senin kemarin, dari dua matakuliah yang dijadwalkan semuanya kosong dan tidak ada info apapun sebelumnya kalau akan kosong, sehingga praktis teman-teman kuliah mengisi waktu mereka dengan aktivitas masing-masing. Pun sama juga seperti hari kamis yang juga banyak yang kosong, hanya ada 1 matakuliah yang diisi padahal, jadwalnya ada empat matakuliah dari jam 7 pagi sampai jam 5 sore. Begitu juga dengan hari Jum’at juga ada matakuliah yang kosong.

Disamping itu para dosen juga sering menentukan sendiri jadwal mengajarnya di kelas tidak sesuai dengan jadwal akademik yang ada sehingga dampaknya adalah ada yang satu hari bisa sampai full terisi kuliah semua dari jam 7 pagi sampai jam 5 sore. Ada juga yang satu hari tanpa kuliah satupun. Namun aku dan teman-teman menyikapinya dengan enjoy dan tidak terlalu dibebani dengan masalah itu. Kadang ada orang yang mungkin tidak suka dengan banyaknya mata kuliah yang kosong, tapi ada juga mahasiswa yang suka dengan matakuliah kosong tergantug dari cara pandang dan pola berpikir masing-masing. Kalu aku sendiri tergatung keadaan, jika pas lagi males, maka kuliah kosong menjadi “idaman”..hehe. namun jika lagi semangat-semangatya maka semuanya harus ‘Ideal”, artinya kosong tidak kosong harus produktif , maksudnya adalah ketika ada kuliah kosong maka aku berinisiatif untuk mengisi jam-jam tersebut dengan membaca buku di perpustakaan atau buka internet untuk menggali keilmuan yang berkaitan dengan matakuliah tersebut. Hehe..ideal banget tho..itupun masih tergantung dangan yang faktor-faktor yang lainya juga seperti kondisi psikologis, masalah internal, kebugaran, suasana hati dll. Namun ikhwah fillah bahwa sesungguhnya semua keadaan itu tergantug bagaimana kita bisa menyikapinya dengan baik . baik kuliah kosong ATAUPUN kuliah tidak kosong menurutku semua mengandung sisi kebaikan dan keburukan masing-masing. Jika kita bisa menggunakan serta memprioritaskan pandang positif terhadap semua keadaan maka niscaya ada sesuatu yang bisa kita ambil dari situ.

Teknologi sekarang sudah berkembang demikian pesatnya. Hal itu memungkinkan kita bisa belajar lebih baik lagi dan aku pikir belajar atau mencari ilmu tidak selamanya harus bertatap muka dengan dosen dikelas tetapi bisa dengan cara-cara yang lain misalnya membaca buku,akses internet, diskusi dengan teman dan lain sebagainya. Pernah ada seorang dosen yang menceritakan tentang bagaimana “susahnya” menjadi seorang mahasiswa “tempoe doleo”, bagaimana tidak. Dulu kuliah tidak ada yang namanya computer, paling pol adalah mesin ketik manual. Jadi jika mau mengerjakan tugas akhir atau skripsi atau thesis maka para mahasiswa harus mengetik laporannya itu secara manual. Kalau laporan itu harus digandakan sebanyak 6 buah maka cara pengetikannya adalah setiap mengetik masing-masing halaman harus menggunakan karbon rangkap enam . Sekali saja salah pencet/salah ketik maka harus diulang semua dari awa ganti kertas yag baru lagi, makanya jangan heran jika mahasiswa dulu lulusya lama-lama. Aku teringat pak Harmoko mantan menteri penerangan era orde baru, ide-ide beliau atau tulisan-tulisan beliau di media masa atau surat kabar, banyak yang terisnpirasikan dari mesin tik manual. Jadi beliau kalau nulis sampai saat ini masih sering mengunakan mesin tik manual dari pada computer karena banyak inspirasi dan ide yang muncul ketika mengetik mungkin karena suara khas nya yang terdengar “tek…tek..tek” atau proses/cara mengetiknya yang unik. Konsultasi dengan pakar dari luar daerah ataupun dari luar negeri misalnya, mereka harus menulis surat secara manual, karena memang belum ada email seperti sekarang. Sekarang dikirim baru 2 bulan kemudian ada jawabannya itupun kalu dijawab, belum lagi dari segi biayanya yang cukup mahal. Jadi, benar-benar bahwa mahasiswa jaman dulu itu yang kira-kira seangkatan-dengan bapak kita masing-masing, memiliki daya juang yang tinggi dan pekerja keras. Dulu gelar insinyur adalah gelar bagi semua sarjana muda, dan kedengaranya gelar insinyur merupakan gelar yang sangat hebat., dan memang betul bagi para insinyur memang hebat-hebat karena proses untuk menjadi insinyur adalah sangat membutuhkan perjuangan yang ekstra keras , sebanding antara gelar dan kemampuan.

Sekarang , kita bisa membandingkan dengan mahasiswa sekarang. Jaman sekarang semuanya kelihatannya semakin mudah dan canggih. Kalau mau mengetik sudah ada computer tinggal ketik dan gak perlu susah-susah. Jika kalimatnya salah tinggal didelet dan diganti dengan yang benar sebelum di cetak. Akses informasi bisa pake telpon yang murah meriah, email, internet dan dijamin lebih cepat dari segi waktu dan lebih murah dari segi biaya sehingga memungkinkan kita sebagai mahasiswa mendapatkan informasi yang lebih bayak dan lebih luas dan seharusnya mashasiswa sekarang lebih pandai dari pada mahasiswa dulu. Tapi kalau dirasa-rasakan sekarang ini, seseorang yang sudah tamat kuliah dan mendapatkan gelar sarjana kelihatannya tidak sementereng dan tidak sehebat jaman dulu. Kelihatannya jauh berbeda nilai kharismatiknya. Mungkin karena saat itu baru sedikit yang lulusan sarjana ataukah mungkin juga saat ini sudah terlalu bayak mahasiswa yang lulusan sarjana sehingga banyak lapangan pekerjaan yang terlalu penuh dan tidak cukup lagi untuk menampung semua lulusan para sarjana itu.

Padamu Genersai Muda!!

Padamu Genersai Muda!!

Segala sesuatu didunia ini pasti mengalami perubahan, tidak ada yang tidak berubah. Sedangkan satu-satunya yang tidak berubah itu adalah perubahan itu sendiri. Maka bersiaplah menuju perubahan karena bila kita tidak mempersiapkannya, kita akan tergilas oleh perubahan.

Tiada kata lain untuk kita semua mempersiapkan diri ini , jiwa-jiwa ini untuk menggembleng diri menghadapi segala perubahan yang benar-benar akan menemani kehidupan kita dimasa sekarang dan yang akan datang. Barang siapa diantara kita hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka celakalah ia, jikalau hari ini sama dengan kemarin maka merugilah ia dan jikalau hari ini lebih baik dari kemarin maka beruntunglah kita. Untuk itulah kita harus selalu introspeksi diri, ingatlah Qs AL Hasyr ayat 18 , “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah setiap diri memperhatikan amal perbuatan kalian untuk hari esok(kiamat). Dan bertakwalah kepada Allah.. dan maha suci Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Pergantian masa pastilah terjadi, begitu juga pergantian-pergantian yang lain akan selalu mengikuti masa-masanya. Kita sebagai generasi muda diharapkan mampu menjadi agent of change sekaligus rijalud-rijalud dakwah yang tak kekang ditelan masa karena dakwah mengharuskan kita untuk “syamil dan muktamil” sempurna dan menyeluruh. Tidak bisa dakwah dilakukan secara setengah-setengah karena hal itu malah akan menjadi sumber kehancuran sebuah generasi. Dakwah tidak membutuhkan kita tetapi kitalah yang membutuhkan dakwah. Dakwah akan selalu terus berjalan sampai menemukan generasi yang mau dan mampu mengemban amanah dakwah ini. Oleh karena itu kita ingin menjadi bagian dari dakwah itu sendiri. Menyampaikan segala bentuk kebenaran dan keindahan islam kepada semua orang adalah tugas sesungguhnya seorang da’i. Namun saudaraku, dakwah pada hakekatnya adalah berat, tidaklah ringan bahkan bila kita berdakwah kok ringan-ringan saja maka hal itu patut dipertanyakan. Pasti ada yang salah dengan diri kita.
Dr. Yusuf Qardawi dalam bukunya Ma’alim fii Thariq mengatakan bahwa generasi pertama yang dibentuk Rosulullah merupakan generasi yang terbaik sepanjang sejarah Islam, hingga detik ini tidak ada satu generasi pun yang mampu menyamai bahkan mengalahkan bagaimana dahsyatnya generasi pertama tersebut. Dalam satu waktu, dalam satu masa, dalam satu tempat disitulah terkumpul dan terbentuk orang-orang hebat yang mampu menjadi punggawa-punggawa tegaknya Islam di muka bumi. Abu Bakar sebagai pakar sosiolog, Abdurahman bin Auf pakar ekonomi, Khalid bin Walid sang panglima perang begitu juga dengan Umar bin Khatab singa padang pasir, Zaid bin Tsabit seorang sastrawan, Malik bin Dinar sang hartawan , Ali bin Abi Thalib dan puluhan bahkan ratusan sahabat nabi lainnya yang mempunyai keahlian masing-masing yang mereka sumbangkan untuk Islam.

Tidak kah seharusnya kita sebagai generasi muda meneruskan dan mempertahankan perjuangan mereka, meningkatkan intensitas dakwah dikampus tercinta ini atau bahkan dimasyarakat luas.. namun apa kenyataan yang bisa kita rasakan saat ini??
Masih bisakah kita merasakan indahnya hidup dengan segala keteraturan, kenyamanan dan ketenangan hati serta jiwa jika generasi muda kita sekarang dengan mudahnya menikmati suasana yang telah tersetting “jahiliyah” tanpa ada rasa ragu untuk melahapnya, tanpa ada rasa malu untuk melakukannya, tanpa ada rasa sungkan untuk merasakannya. Tidakkah kita sebagai generasi muda merasakan betapa mudahnya kita dibodohi, di”kebiri” dan dibuat secara “wajar” dengan semua suasana dunia yang ‘menyenangkan’..akankah kita ingin selalu dalam kesenangan yang fatamorgana? Kesenangan yang pada hakekatnya tidak membawa perubahan apapun menjadi lebih baik bagi peradaban Islam. Sementara saudara – saudara kita jauh di negeri seberang selalu menghadapi rasa was-was, tiap detik-tiap waktu suara gelegar yang memekakkan telinga selalu bersahut-sahutan disetiap sudut dan tempat, darah dan kematian menjadi pemandangan harian tanpa bisa terhindarkan, ranjau-ranjau mematikan terpasang dihamparan tanah-tanah mereka, ketapel dan batu menjadi pegangan sehari-hari tidak hanya untuk mempertahankan tanah-tanah mereka, tapi yang terpenting adalah aqidah yang mereka jaga.

Atau saudara-saudara kita yang untuk merasakan sesuap nasi pun sangat sulit kecuali harus mengemis di jalanan, bahkan sampai ada yang merampok, mencuri dan lain sebagainya. Atau yag lebih parah adalah saudara-saudara kita yang menyempatkan diri barang sejenak untuk meminta dan memohon pada Tuhannya saja tidak pernah, membaca pedomanNya saja tidak bisa apalagi untuk mengamalkannya, padahal segala fasilitas telah ia punyai, segala kemudahan telah dimiliki, segala kebutuhan telah tercukupi. Sadar akan hal ini wahai generasi muda!? Apakah kita mau menerima dengan yang seperti ini atau ingin mendapatkan apa yang seharusnya kita dapatkan. Apakah usaha kita yang merasa diri kita sebagai seorang da’i dan agent of change? Benarkah kita generasi muda yang mampu meneruskan perjuangan para sahabat seperti generasi pertama masa Rosulullah?? Apa yang telah kita berikan untuk Allah, untuk Islam dan untuk masyarakat?

Memang benar jika setiap masa pasti akan menghadapi cobaan yang berbeda-beda dan saat ini kita semua tidak bisa mengelak bahwa cobaan yang kita hadapi bisa jadi lebih berat dari masa-masa sebelumnya. Hedonisme dan sekularisme telah membudaya, setiap orang ingin menunjukkan dirinyalah yang terbaik, dirinyalah yang terhebat. Apalagi lagi ancaman kaum musyrikin dan kafirin, yahudi dan komunis benar-benar sangat nyata…

Saudaraku tugas berat telah menanti kita semua, siapkan diri kita dengan sebaik-baiknya. Jangan mudah putus asa dengan kenyataan yang ada. Jaga dan laksanakan amanah yang kita pikul dengan sebaik-baiknya, ‘itqon’ profesionalisme,‘taddiah’pengorbanan dan ‘jihad’ bersungguh-sungguh haruslah dimiliki oleh seorang “muharik”.Toh nantinya iya atau tidak, cepat atau lambat, benar atau salah, semua akan dipertanggungjawabkan dihadapanNya, jadi tidak ada kata setengah-setengah bagi kita untuk berjuang di jalan Allah dan untuk membuat perubahan. Selamat berjuang wahai generasi muda!!

Menyongsong Masa Suksesi Akhir Tahun Kepengurusan Berbagai Lembaga di Fakultas Geografi 2008

Seperti Biasanya VS Tak Seperti Biasanya

Seperti Biasanya VS Tak Seperti Biasanya

Hari itu Kamis 29 Oktober 2009….Seperti biasanya, alarm pada HP ku bordering tepat pukul 3 malam dengan suara lantunan adzan versi mekah., terperanjat aku sembari menggerakkan tubuhku dan pelan membuka mataku yang masih lengket. Seperti biasa juga aku berhasil mematikan suara HP ku itu dengan keadaan antara sadar dan tidak sadar. Namun, pada akhirnya aku berhasil melawan egoku yang selalu senantiasa terbiasa memanjakan diri untuk menuruti kemalasan seluruh anggota tubuhku disaat-saat seperti itu. Ku basuh tubuhku dengan air wudlu malam yang tak kurasakan dinginnya. Berhasil pula aku menunaikan sholat malam 2 rakaat dan witir 3 rakaat. Adzan subuh pun telah berkumandang dan tanpa rasa enggan aku beranjak dari kamar ku untuk segera menuju masjid.

Masjid Nurul Huda itulah satu-satunya masjid yang berada di desaku. Pun juga tidak begitu jauh letakya dari rumahku sekitar 100 meter kearah timur dengan melewati sebuah sungai Klanduan. Dulu masjid itu bagaikan bukan bangunan masjid namun sekarang menjadi masjid yang sungguh Indah dengan dua lantai disertai satu menara,,subhanallah indahnya masjid itu…tidak banyak memang jamaah masjid itu kalau subuh. Cukup bisa dihitung dengan jari., namun berbeda jika waktu maghrib ataupun isya’ tentu jauh lebih banyak orang beribadah pada saat-saat seperti itu. Terdengar suara nyanyian atau lebih tepat nya sholawatan disaat-saat setelah adzan berkumandang, hal ini sudah menjadi kebiasaan di masjidku.
Dua rakaat sholat fajar telah kulalui dan disambung dengan dua rakaat secara berjamaah sholat subuh. Dan subhanallah sehabis sholat subuh selalu diadakan kultum oleh pengurus takmir masjid itu walaupun hanya sebentar namun cukup dapat menjadi taujih dan penyemangat serta penambah ilmu bagi para jama’ah. Tidak seperti biasanya aku pagi itu untuk membaca alqur’an sebanyak setengah jus di masjid melainkan aku langsung pulang dan membacanya di rumah. Teringat begitu bayak tugas dan juga akan adanya ujian mid matakuliah ekologi lingkungan, maka akupun tidak melanjutkan membaca dzikir ma’tsurat melainkan belajar tentang ujian tersebut. Sebagai gantinya akupun ‘menyetel’ mp3 ma’tsurat morning sambil belajar..hehe

Tidak sepertibiasanya aku menyapu halaman rumahku yang cukup luas itu pun juga tidak seperti biasanya aku berolahraga ataupun jogging pagi melainkan ku ganti dengan sebuah aktivitas yang bernama “belajar menghadapi ujian”. Namun tidak kurasakan seperti orang belajar tetapi leyeh-leyeh karena terlalu lelah, lagian malam tadi aku pulang dari liqo’ jam 11 malam serta tidur jam 12 malam, telah melewati batas-batas “kenormalan”.
Cepat-cepat aku beranjak dari kamarku untuk segera mempersiapkan kuliah, karena hari ini aku harus kuliah jam 7 pagi. Tidak seperti biasanya kuliah pada waktu itu, karena apa? Kuliahnya kosong dosennya tidak hadir, so..kontan saja jam itu diisi dengan Tanya jawab tentang materi ujian yang hendak di ujikan pada siang nanti jam 13 di kampus geografi. Beruntunglah aku masih punya waktu cukup untuk persiapan menghadapi ujian nanti. Teman-teman pun bersemangat untuk mengisi jam kosong itu dengan berdiskusi bersama, apalagi bocoran soal untuk ujian sudah berada di tangan masing-masing, so kemungkinan mendapatkan nilai A semakin terbuka lebar dan tak perlu khawatir tentuya.hehe..
Jam menunjuk angka setengah sembilan , satu persatu penghuni ruangan meninggalkan kelas itu yang terdapat dilantai dua dan juga kelas yang cukup sejuk itu, namun kadang juga bermasalah dengan AC nya sehingga tidak hawa sejuk yang didapat namun hawa yang amburadul antara panas, dingin dan empuk campur aduk..coba bayangkan! Ku bergegas menuju mushola yang indah di kampusku, mushola yang berada di atas kolam ikan dan dikelilingi tanaman-tanaman yang terlihat asri nan indah dan menyejukkan. Mushola apung pascasarjana UGM itulah namanya. Empat rakaat sholat duha pun kujalankan, dengan penuh harap dan cemas ku berdoa kepada Rabb agar segala aktivitasku dimudahkan dan selalu dalam naugan ridhoNya.

Sekilas teringat begitu banyak tugas yang harus kukerjakan maka, ku geber motorku menuju perpustakaan unit II UGM diselatan gedung pusat. Kebetulan waktu itu kosong hingga jam satu nanti dan memang sudah ku rencanakan juga untuk ke perpustakaan mencari data-data jurnal internasional tentang ekologi. Ku parkir motorku dengan rapi dan ku lempar senyum kepada pak penjaga parkir itu.
Ku ambil laptop dalam tasku dan ku buka situs www.lib.ugm.ac.id dan klik pilihan sciencedirect, dan akhirnya aku dapati banyak jurnal internasional tentang ekologi yang terbaru namun setelah ku coba mendownloadnya ternyata lama, lama buanget dan hanya dua jurnal yang berhasil aku dapat. Siang pun beranjak dewasa , jarum jam sudah hampir menunjuk angka 12, aku keluar dari perpustakaan untuk segera menunaikan sholat dzuhur berjama’ah,. aku adalah orang yang selalu senantiasa berusaha mengazamkan diri untuk bisa sholat berjama’ah 5 waktu sesuai dengan kemampuanku (ah tenane’..). Namun apa yang terjadi..aku terlambat, aku telah kehilangan kesempatan untuk sholat berjama’ah dzuhur ..astaghfirullohaladziim..akhirya aku pun mendirikan sholat jama’h dengan para jama’ah yang sama-sama terlambat.

Siang yang makin larut membuat perutku keroncongan, seolah tak mau kompromi perut ini minta untuk diisi. Padahal aku telah bertekad untuk berpuasa karena hari itu hari kamis dan aku belum makan apapun dari pagi tadi, pun juga belum sahur. Menurut sebuah hadits hal itu dibolehkan untuk berpuasa. Ah, tak seperti biasanya..pikirku “nanti kan ada ujian jadi ga apalah gak jadi puasa sunah”..hehe..ku geber motor YAMAHA ku menuju sebuah warung makan di sekitar kampus. Cukup 3500 bisa membuat perut kenyang karena nasinya ambil sendiri..jadi ku ambil sebayak mugkin nasinya dengan mengorbankan ayam goreng.

Singkat cerita ku sampai kampus lamaku fakultas geografi, ujian mid diselenggarakan disana rencana tepat pukul satu siang..namun pak didit(bagian akademik) mengatakan ternyata ujiannya diundur..apa? di undur?? TIDAK SEPERTI BIASANYA…maksude di undur nanti jam dua siang..oowalah…ujian pun berlangsung, namun seperti biasanya aku berhasil melahap semua soal-soal itu dengan baik, sebab ujiannya “Cuma” 4 soal..seperti biasanya juga semua lembar jawaban berhasil ku isi dengan tulisan “karangan indah ku” tak ada satu ruang pun yang kosong hingga akau minta tambahan kertas jawaban. Puas aku ..alhamdulillah
Tak seperti biasanya ternyata ujian menyita banyak waktu, hingga satu momen yang penting terlewatkan, apa itu? Ya, sholat ashar berjama’ah, lagi-lagi aku terlambat..dasar payah!!

Jam menunjuk angka 4, artinya sudah jam empat sore . Waktu itu ada jadwal kuliah statistic. Tugasnya belum dikerjakan dengan maksimal, waah guawat…seperti biasanya dosennya ngomomg ngalur ngidul ga karuan (eh maaf pak) hingga jam menunjuk pukul setengah enam lewat. Yaaah sudah petang…pulang ah..tak seperti biasanya sampai rumah Ibu telah menati. Barusan memang Ibuku habis pulang dari Cilacap. Namun tampaknya ada sebuah kejutan disore itu…tak seperti biasanya bapak ku mentraktir kita semua dengan bebek bakar..hore Alhamdulillah.. selidik punya selidik ternyata hari itu adalah hari ulang tahun perak..opo maksude? Ulang tahun perak adalah peringatan pernikahan seseorang yang sudah mencapai umur 25 tahun lamanya..ooo gitu to pak ..gitu to bu…Tak Seperti Biasanya..

Surat Untuk Dekan

Kepada:
Bapak Dekan yang kami hormati…

Puji syukur pertama-tama kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada nabi Muhammad SAW beserta keluaga, sahabat, dan para umatnya yang istiqomah hingga akhir zaman. Amin.

Bapak dekan yang kami hormati, sebelumnya mohon maaf atas ‘kelancangan” kami dan sekaligus perkenankanlah kami untuk manyuarakan isi hati kami sebagai mahasiswa baru yang hendak melaksanakan amanah Allah dan amanah orang tua untuk belajar dan menuntut ilmu di fakultas yang bapak pimpin hingga beberapa tahun ke depan.
Kita semua tahu bahwa pendidikan merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam kehidupan manusia, pendidikan merupakan hak dasar bagi setiap manusia dan pendidikan merupakan tolak ukur maju tidaknya atau sukses tidaknya seseorang dalam meraih kebahagiaan dalam hidupnya entah itu di dunia ataupun di akherat kelak. Secara lebih luas pendidikan dapat menjadi barometer maju tidaknya suatu bangsa. Jika proses pendidikan yang dilakukan baik dan benar maka hasilnya akan baik namun sebaliknya jika proses pendidikannya buruk maka buruk pula bangsa itu.

Dewasa ini di Negara kita tercinta Indonesia sedang dilanda multi krisis dimensional baik ekonomi, politik maupun pendidikan. Lebih parahnya lagi hal ini sudah berlangsung lebih dari 10 tahun. Satu dasa warsa bukanlah waktu yang sebentar. Dengan multi krisis ini maka semuanya menjadi semakin berat, segalanya semakin mahal tidak hanya bensin, beras atau cabai tetapi biaya pendidikan juga kena getahnya, semakin mahal dan sangat mahal..
Bapak dekan yang kami hormati…alangkah beruntungnya kami ini bisa mangenyam pendidikan di kampus yang bapak pimpin, jika dibandingkan dengan saudara-saudara kami yang lain yang untuk makan saja harus berdiri dibawah terik matahari dan meronta sepanjang waktu untuk bisa berbelas kasih dari orang lain disekelilingnya., mengenyangkan perut hanya sekali dalam duapuluh empat jam,… betapa beruntungnya kami ini..

Bapak dekan yang kami hormati, walau dengan tertatih, walau dengan mati-matian orang tua kami memeras keringat membanting tulang, walau dengan susah payah kesana kemari cari pinjaman hutang kepada para rentenir..itu semua demi kami demi anak-anak dari kedua orang tua yang telah melahirkan dan membesarkan kami untuk menggapai sebuah cita yang mulia.. yang mereka tak kenal lelah, letih dan selalu mendoakan kami, walau kami berada nan jauh yang terbentang luas samudera dan lautan namun hati kami tetap selalu dekat dengan kedua orang tua kami..oleh karena itu kami tidak ingin mengecewakan mereka.

Bapak dekan yang kami hormati, kami percaya bahwa proses pendidikan yang akan kami jalani kelak merupakan sejarah bagi kami untuk mengukir guratan ilmu didalam batu permata yang mulia untuk mewujudkan cita luhur kami, kami percaya bahwa proses pendidikan yang kami jalani kelak adalah bagian penting dalam hidup kami untuk melangkah menggantikan pemimpin-pemimpin negeri ini yang memang seharusnya sudah harus diganti dengan yang lebih baik dan itulah kami kelak.., dan kami percaya bahwa ilmu yang akan kami dapatkan adalah ilmu yang dapat bermanfaat bagi semua orang, dan kami percaya bahwa ini adalah ibadah..amanah Allah..oleh karena itu mohon dengan sangat jangan sia-siakan kami, bimbinglah kami sebagaimana orang tua kami telah membimbing kami, dan berikanlah kami bekal moral yang baik karena akan menyelamatkan dikehidupan kami yang sesungguhnya, ajarilah kami dengan ilmumu untuk bermanfaat bagi umat, bagi negeri ini bagi bangsa, bagi dunia.

Bapak dekan yang kami hormati, mari kita berandai-andai sejenak, jika saja kita semua sukses dan menjadi pemimpin-pemimpin bangsa ini dikemudian hari, siapa yang akan bangga? Tentu semua orang akan bilang bahwa..”oh itu kan mahasiswa saya”..”oh itukan anak didik saya”dan diikuti dengan …oh oh, oh yang lain..semua akan merasa bangga bukan? Tapi jika saja tidak seperti itu lantas apa jadinya?jika saja kita semua kelak menjadi pemimpin-pemimpin bangsa tapi masih saja korupsi, kolusi, nyogok, nyuri, bohong, dan sebagainya lantas mau ditaruh dimana muka kita? Kami yakin semua akan kena getahnya, “siapa sih si anu itu?, lulusan apa? kuliah dimana? Siapa gurunya? Siapa dosennya? Siapa dekannya?”

Bapak dekan yang kami hormati oleh karena itu kami beranggapan bahwa kredibilitas intelektual itu penting sama halnya dengan kredibilitas professional dan kredibilitas sosial tapi ada satu yang tidak boleh terlupakan dan penting bagi kami adalah kredibilitas moral. Bangsa ini menginginkan adanya pemimpin-pemimpin yang intelek, professional, peduli dan bermoral. Lewat sebuah institusi ini kami bisa belajar banyak tentang aspek-aspek tersebut dan mohon untuk tidak diabaikan masalah yang satu ini.. orang tua kami sudah membayar mahal disini, orang tua kami telah menitipkan kami untuk memperbaiki semuanya tentang diri kami kepada bapak dan bapak adalah orang tua kami yang kedua..segala fasilitas yang telah bapak berikan kepada kami itu sangatlah membantu dan sangat barharga bagi kami, tapi akan jauh lebih indah jika bapak memberikan fasiltias yang tiada tara dibanding segalanya..kejujuran, keadilan, keikhlasan, kebersamaan, kedisiplinan, persaudaraan, ketakwaan, kecerdasaan, keimanan dan ridho Allah..itulah yang kami cari.
Bapak dekan yang kami hormati kiranya tidak terlalu banyak yang kami goreskan dalam lembaran kertas ini tapi itu juga bukanlah apa-apa jika dibandingkan dengan tugas berat yang akan kami emban kelak. Mohon maaf atas kesalahan kami sebagi anak didik yang sedang beranjak menuju kedewasaan dan kesempurnaan. Terima kasih atas segala perhatiannya. Kami yakin bahwa orang yang menuntut ilmu akan ditinggikan beberapa derajat dan kami yakin juga bahwa semakin banyak ilmu yang kami dapatkan kelak, maka akan semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Wassalamu’alaikum. Wr.Wb

Sebuah Harapan Dalam Sebuah Momentum

Sebuah Harapan Dalam Sebuah Momentum
Saat-saat awal
Saat itu adalah sebuah momentum yang menurutku cukup menyenangkan dalam sebuah penggalan kisah hidupku. Saat-saat dimana aku mulai merasakan sebuah jenjang kehidupan yang seharusnya lebih tinggi dalam sebuah bingkai kedewasaan dan kemandirian jika dibandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya. Ya, saat itu aku mulai merasakan sudah bukan anak SMA lagi melainkan aku sudah anak kuliahan alias mahasiswa karena aku telah dinyatakan diterima di salah satu fakultas di UGM. Terbayang saat menjadi mahasiswa nanti akan banyak hal-hal baru yang bisa saya dapatkan seperti teman2 baru, ilmu baru, lingkungan baru, “derajat” baru yang lebih tinggi karena aku mahasiswa dan hal-hal lain yang belum pernah saya dapatkan sebelumnya di SMA. Hal itulah yang semakin menambah “ghiroh” ku untuk segera mewujudkan mimpi-mimpiku ketika menjadi mahasiswa nanti , apalagi aku akan kuliah di UGM yang kata bapaku adalah universitas terbaik di negeri ini, kata ibuku, UGM adalah universitas terbesar di negeri ini, kata pamanku, UGM adalah universitas tertua di Indonesia, kata teman-temanku, UGM adalah salah satu kampus yang masuk 100 besar dunia dan merupakan universitas riset kelas dunia dan lagi kata orang2, mahasiwa UGM itu orangnya pinter-pinter.
Lantas aku berpikir bahwasanya alangkah beruntungnya aku bisa kuliah di UGM walaupun pada kenyataanya UGM sudah bukan merupakan kampus “kerakyataan” lagi dan hanya orang-orang berprestasi dan berduit lebih yang bisa merasakan kuliah di UGM. Namun, apapun itu aku sudah sangat bersyukur atas apa yang Allah berikan untukku.
Lalu, timbullah sebuah pertanyaan besar dalam diriku, apakah benar ketika aku kuliah di UGM yang memiliki banyak keunggulan daripada kampus2 lain di Indonesia, benar-benar akan menjamin kita menjadi seorang “pahlawan” nantinya. Padahal dalam sejarah banyak orang gagal dalam kuliahnya alias DO, bisa menjadi “pahlawan”, sebut saja Bill Gates yang tidak pernah menamatkan kuliahnya namun begitu sukses dalam karir hidupnya dengan Microsoft temuannya, Einstein yang melarikan diri dari kuliahnya karena gak mau susah-susah mikir malah menjadi kondang karena berbagai macam temuannya, atau mungkin seorang Aa’ Gym, sang Da’i kondang dan pengusaha sukses yang sampai sekarang tidak pernah melihat ijazah teknik elektronya di ITB dan sederat “pahlawan”lainnya yang tidak pernah merasakan bangku kuliah sama sekali.
Wah, semakin membuat binggung saja hal ini. Lantas muncul pertanyaan selanjutnya, untuk apa aku ini kuliah? Dulu memang gak pernah terpikirkan sama sekali, waktu itu cuma kepikiran sehabis lulus SMA ya terus kuliah, terus kerja dapat uang banyak dan seterusnya…apakah “Cuma” ini saja? Mengikuti arus? Kebanyakan para “pahlawan” dalam sejarah, selalu berpikiran jauh menyimpang dari arus logika umum, dan jauh di luar kotak. Mereka menciptakan sebuah ruang tersendiri yang bernama “mimpi” yang akan menjadi sebuah kenyataan pada akhirnya nanti. Tidak akan pernah berwujud menjadi kenyataan jika tidak diawali dengan mimpi-mimpi yang besar, bukan angan-angan kosong. Jadi mimpi adalah proses awal dari munculnya suatu tindakan dialam kenyataan kita.

Tiga macam kecerdasan
Jadi orang-orang hebat seperti Einstein, Bill Gates hingga Aa’ Gym adalah orang-orang yang “cerdas” walau DO dari kuliah mereka. Namun, pada kenyataannya ternyata bukan kecerdasan intelektual saja yang harus diasah oleh setiap orang, namun ada kecerdasan-kecerdasan yang lain yang perlu untuk ditumbuh kembangkan, seperti kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Kecerdasan intelektual contohnya berupa kemampuan seseorang untuk mengingat sesuatu, menghafalkan dan menghitung dan hal ini bisa dilatih sebagaimana kita belajar di sekolah, kuliah atupun dilembaga-lembaga bimbingan belajar. Kecerdasan emosional contohnya berupa empati, kesabaran, ketenangan, kedewasaan, kepekaan, kedisiplinan dan kecerdasan spiritual contohya berupa akhlak dan sifat-sifat fitrah manusia serta bentuk ketaatan manusia pada sang pencipta.

Hipotesa dan Sistem pendidikan
Dengan hal tersebut aku bisa merasakan dan membuat sebuah sedikit “hypotesa” bahwasanya sebuah institusi, sekolah, kampus ataupun lembaga-lembaga pendidikan merupakan sebuah system untuk mengasah dan menumbuh kembangan kecerdasan intelektual atau sering disebut dengan IQ (Intelegesia Quotient). Apa yang pernah aku dapati hampir 90 persen mengarah ke situ dan hasilnya output dari institusi2 tersebut memang intelek dan cerdas. Artinya terjadi semacam klusterisasi tujuan proses pembinaan dalam sebuah system pendidikan yang diterapkan. Seharusnya setiap institusi yang ada seperti sekolah dan kampus bisa meng”Cover” semua jenis tingkat kecerdasan yang ada baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional. Dengan hal tersebut maka akan didapatkan 4 kualifikasi kredibiitas yang di butuhkan oleh bangsa ini yaitu kredibilitas moral, kredibilitas intelektual, kredibilitas, professional, dan kredibilitas sosial.
Bisa jadi system pendidikan di Negara kita sudah ter”doktrin” dengan sebuah sistematika pendidikan bagi kepentingan dunia barat. Kita semua tahu bahwasanya Negara kita pernah dijajah selama 3,5 abad oleh negerinya Rud Van Nisterloy dan Edwin Van der Sar itu. Cukup lama memang sehingga dampaknya cukup signifikan bagi bangsa ini. Setelah puas menguras semua kakayaan kita, kemudian untuk membalas jasa baik bangsa kita, Belanda mengijinkan dengan bebas agar orang-orang asli Indo dapat studi ke Belanda dan Eropa. Hasil taktisya adalah Negara kita bisa merdeka dengan usaha rakyatnya sendiri tahun 1945. Namun multiple impact adalah dampak strategis mereka dalam jangka waktu yang lama bisa mengubah pola pikir dan peradaban bangsa kita menjadi sekulerisme, materialism dan hedonisme.
Sekulerisme adalah paham yang memisahkan antara dimensi moral (agama)dengan dimensi duniawi (materi) ,contohnya adalah pendidikan tidak ada kaitannya dengan moral dan agama. Padahal fitrohnya, moral dan pendidikan itu tidak bisa berdiri sendiri-sendiri. Ortientasi dari materialism dan hedonism adalah materi dan keduniawian, artinya segala aktivitas hanya untuk memenuhi aspek materi berupa kesenangan hawa nafsu. Orang-orang barat mengatur waktunya dalam dua hal utama yaitu waktu produksi dan waktu konsumsi. Lima hari untuk berproduksi dan hasilnya akan ia habiskan untuk dikonsumsi pada dua hari selanjutnya. Tapi kalau orang-orang beragama tujuan hidupnya adalah beribdah, sasarannya adalah menggapai ridhoNya dan targetnya adalah surgaNya sehingga, waktunya ia habiskan untuk beramal, dengan rumus: 1 unit waktu = 1 unit amal = beberapa unit pahala. (anis matta)
Oleh karena itu tidaklah heran jika banyak orang-orang kita yang mengaku bangga jika bisa sekolah di Belanda, Eropa atau Amerika. Kalau belum ke Eropa belum “afdhol” ilmunya. Kiblat pendidikan kita sudah mengarah pada Negara-negara tersebut maka sadar atau tidak sadar kualifikasi – kualifikasi kredibilitas dan kualifikasi kecerdasan yang seharusnya di miliki seseorang tidak terpenuhi dengan baik dan cederung tidak seimbang. Dampaknya adalah banyak orang cerdas di Negara kita namun cerdas untuk dirinya sediri, banyak orang kaya dinegeri kita namun kaya untuknya sendiri dan yang miskin semakin miskin yang bodoh semakin bodoh,yang pejabat semakin korup ,kebal hokum+ anti KPK ,yang nyuri ayam dihakimi rame-rame, anak-anak SD ketahuan judi dipenjara 2,5 tahun, pesawat+alutsista tanpa ditembak jatuh sendiri, banyak “erupsi” buatan di hotel2 berbintang yang menyebabkan banyak masyarakat kecewa karena Wyne Roone dkk batal ke Senayan, tanah2 leluhur kita dicaplok Negara tetangga, dan seabrek masalah yang lainnya.
Untuk itulah aku berharap semoga masa depan kita sebagai generasi muda harapan bangsa, bisa memberikan sesuatu yang nyata bagi kemajuan masyarakat dan bangsa ini. Syaratnya adalah semua tingkat kualifikasi kredibilitas dan tingkat kecerdasan tersebut dapat terdistribusikan secara merata dan seimbang pada diri kita dan berharap ada satu spesialisasi yang benar-benar menonjol pada diri kita hingga kita menjadi ulung karenanya. Itulah yang dinamakan kontribusi.
Terjawab sudah semua keraguan yang ada pada diriku bahwasanya aku kuliah agar menjadi “ulung” dan mejadi orang yang memiliki kompetensi dan spesialisasi agar dapat memberikan kontribusi pada bangsa ini. So, menjadi cerdas intelek, cerdas spiritual, dan cerdas emosional adalah sesuatu yang seharusnya dimiliki oleh diri kita agar sikap dan prilaku kita selalu diridhoiNya dan sedangkan aspek profesional dan sosial kita butuhkan untuk menjamin tindakan kita berkualitas dan berdaya dukung yang kuat.
Inilah sebuah peluang dalam sebuah momentum, dimana selama 4 tahun kita akan bersinggungan dengan dunia kampus atau bisa dikatakan sebagai training pendidikan yang kata Ary Ginanjar (penemu ESQ) adalah sebuah pemborosan uang dan waktu. Namun sebenarnya tidak dengan demikian jika kampus kita ini memiliki sebuah system, biah, lingkungan dan suasana atau kondisi yang dapat mengembangkan ketiga kecerdasan tersebut. Ini bisa diciptakan jika orang-orang didalamnya memiliki tekad yang kuat untuk itu. “Jika kamu telah membulatkan tekad, maka cukup bertawakallah kamu hanya kepada Allah” (Q.S. Ali Imran: 159).Kita tidak bisa memiliki dan menonjolkan ketiga-tiganya tetapi kita bisa memilikinya dengan seimbang dan cukup menonjolkan salah satunya. Prinsipnya adalah setiap orang tidak boleh menutup rapat salah satu atau dua kecerdasan yang ia miliki demi menonjoklan kecerdasan yang lainnya.

Wassalamu’alaikum. Wr.Wb

by Dian Hudawan Santoso

Jumat, 06 November 2009

Sebuah Permulaan

Assalamu'alaikum Wr.Wb Allhamdulillah hari ini tepatnya Jumat, 6 November 2009 aku mempunyai sebuah BLOG dimana pertama kali ini aku punya. semoga bagi siapapun yang membaca blog ini akan mendapatkan ilmu, pengalaman, pencerahan pemikiran dan tentunya bisa saling berbagi ilmu agar bisa bermanfaat bagi bangsa dan ummat ini. atas dasar rasa takwa kepada illahi dan dengan menyebut "bissmillahirrohmanirrohim" aku mencoba untuk memberikan sesuatu dari dunia maya inikepada semua orang yang ingin berkembang lebih baik dan semakin menghayati akan pentingnya arti kehidupan ini dan juga agar lebih bisa maju dan semakin bermanfaat. amiin. Wassalamu'alaikum. Wr. Wb