Jumat, 28 September 2012

Rahmat Al Qur'an

Allah turunkan rahmat qur'an
Jadikan qur'an cahya petunjuk kebenaran
Allah ingatkan kami semua yang kami lalai
Berikan ilmu yang bermanfaat
Jadikan qur'an bacaan yang kami cinta di malam dan siang
Jadikan qur'an penerang
Ya... robbal alamin

oh Allah bes us sweet al qur'an
make our leader our live our guid and blesed
Allah remain us of mine we forget and teach us what we dont know of my failed Allah
Do al qur'an best everything all nigth and all day
Make al qur'an love foundation Ya... robbal alamin

Allahummar hamna bil Quran
waj’alhu lana imaamau wa nuurau wa hudaw wa rahmah
Allahumma dzakkirna minhu maa nasiina
wa ’allimna minhumaa jahiilna
warzuqna tilaawatahu
aana al laili wa athrofannahar
waj’alhu lana hujjatan
Yaaa rabbal ‘alamiin

Hidup adalah pilihan….

Hidup adalah pilihan. Mau apapun kita sebenarnya terserah keinginan kita. Apapun itu terserah kita. Maka ketika kita dibekali potensi yang luar biasa oleh Allah SWT maka saat itu kita harus berusaha mengasah dan meningkatkan potensi-potensi kita untuk survive.

Ketika kita tahu semua aturan dan hukum Allah, maka saat itu pula kita harus senantiasa sekuat tenaga untuk menegakkan hukum dan aturan tersebut. Kita adalah seorang muslim maka kita harus selayaknya memiliki kepribadian sebagai seorang muslim yang taat dan patuh pada aturan Allah.

Pedoman hidup manusai sudah terangkum dengan sangat jelas didalam Al Qur’an dan Hadits. Tinggal bagaiman setiap manusia mau dan mampu menjalankan aturan-aturan tersebut. Semua permasalahan hidup sudah ada aturannya di dalam kitab itu tidak ada yang kurang dan tercecer sedikitpun. Apapun dan segala betuk aktivitas sudah ada tuntunannya. Tinggal bagaiamana setiap orang yang sudah diberikan hidayah berupa keimanan dan aqidah yang mantap bisa memvisualisasikan bahasa kitab tersebut didalam keseharian hidupnya. Mulai bagaimana beribadah menyembah Allah , adab bermasyarakat, adab munakahat, adab perniagaan, adab berbicara, dan seluruhna semuanya telah adsemua aktivitas-aktivitas kita.

Nah dalam kesempatan ini saya TIDAK akan membahas tentang kriteria kekasih pilihan atau “cinta” adalah pilihan, itu sudah terlalu umum dan sudah banyak yang menulis gituan, hehe… tetapi saya akan focus membahas tentang pilihan atas bagaimana berpenghasilan/berma’isyah yang “pas” sesuai anjuran dan teladan Rosululloh SAW. Ada banyak jenis pekerjaan di dunia ini namun tidak banyak yang menyadari bahwa banyaknya jenis pekerjaan itu belum tentu semuanya halal dan barokah. Sebagai seorang muslim tentu harus mempunyai pilihan-pilihan yang menguntungkan bagi dirinya secara duniawi maupu secara ukhrowi. Artinya adalah pekerjaan itu bernilai besar secara penghasilan dan materi tetapi juga tinggi nilainya di akhirat kelak. Yaitu sebuah pilihan pekerjaan yang strategis bagi dunia dan bagi akherat.

Orang yang telah mengenal dakwah dan senantiasa berusaha mewakhafkan sebagian besar waktu, pikiran, tenaga dan hartanya untuk dakwah tidak akan menjatuhkan pilihannya pada suatau aktivitas pekerjaan yang akan mengurangi jatah waktunya untuk berdakwah. Itu pilihan yang konyol. Sebab kata Ust. Anis Mata adalah semakin tua dan semakin lama kita berada dalam barisan dakwah ini maka akan semakin besar pula beban kita di dalam dakwah. Oleh karena semua aktivitas terutama dalam berpenghasilan dan pekerjaan kita harus menjadi bagian dari kerja-kerja dakwah kita. Harus menjadi bagian dalam proyek besar dakwah kita. Jangan sampai waktu dakwah kita habis “hanya” karena masalah misyah. Kejadian ini adalah fenomena yang sedang menghinggapi ikhwah kita. Kerja-kerja dakwah semakin terbengkalai karena sibuk “bekerja”. Padahal tuntutan dakwah semakin lama semakin berat dan kalau hal ini terjadi maka akan terjadi ketimpangan yang luar biasa yang dapat menghancurkan nilai dakwah itu sendiri.

Dakwah tidak membutuhkan kita namun sebenarnya kita lah yang membutuhkan dakwah. Dakwah akan tetap berjalan dengan atau tanpa kita. Jadi sekali lagi dakwah juga merupakan pilihan bagi kita. Tetapi apakah iya orang yang sudah lama memahami tentang arti penting dakwah kemudian tiba-tiba berlepas diri dari dakwah?. Atau setidaknya intensitas dakwahnya mulai menurun karena seuatu hal? Pertanya ini adalah bersifat retoris, banyak kenyataan membuktikan bahwa hal-hal tersebut memang ada dan banyak terjadi dikalangan ikhwah kita. Dan salah satu penyebabnya adalah masalah ma’isyah atau pekerjaan.

Ketika sudah terbentur dengan pekerjaan biasanya semuanya akan diatur dan disesuaikan dengan pekerjaannya itu begitu juga dengan dakwahnya. Salah satu contohnya adalah dulu sebelum orang bekerja sebagai “ini” dia sangat aktif berdakwah, khutbah dimana-mana, ngisi kajian dimana-mana., namun karena sekarang sudah bekerja sebagai “ini” maka intensitasnya pun menurun, dia tidak lagi bisa leluasa mengisi khutbah dan kajian sebagaimana dulu sering ia lakukan, bahkan kehadiran untuk liqo saja sudah mulai menurun, bahkan liqo binaannya sudah mulai amburadul tak terurus. Apalagi setelah punya banyak anak, bisa jadi hampir tidak pernah ada agenda mengurus anak ataupun istri hanya karena pekerjaannya itu butuh banyak waktu dan pikiran.

Nah, gajala-gajala seperti inilah sebenarnya yang mampu menhancurkan dakwah itu sendiri oleh karena menjadi sangat mungkin bahwa dakwah di negara kita sangat lambat untuk berkembang. Mungkin inilah salah satu sebabnya dan saya kira masih ada banyak faktor lain yang menjadi variabel-vatiabel penyebabnya. Sering kita dapati dengan sebuah kenyataan bahwa ada banyak hadist dan “ungkapan pembela” bahwa bekerja itukan ibadah juga?

Memang benar dan saya sangat sepakat bekerja adalah ibadah sebab bekarja akan menghasilkan nafkah untuk anak dan istri mereka (keluarga)., dan sama juga nilainya berjihad di jalan Allah jika dilakukan dengan niat yang ikhlas serta cara yang benar tidak melanggar aturan Allah. Itulah ibadah “ghoirumahdoh”., namun konteks bekerja disitu sebenarnya adalah secara normantif yang aplikatif tetapi tidak bernilai strategis. Artinya jenis apapun pekerjaannya dia mampu menghasilkan uang tetapi bagi kemajuan dakwah sangat lambat, karena dia harus fokus pada pekerjaanya itu sehingga membutuhkan banyak waktu, tenaga, pikiran dan lain sebagainya. Oleh karena juga jenis pekerjaannya itu tidak secara langsung berkaitan dengan dakwah secara horizontal maupun vertikal. Sehingga dalam konteks ini kehadirannya untuk bekerja telah mengurangi jatahnya untuk berdakwah kepada masyarakat.

Hal-hal seperti inilah yang harus diantisipasi sejak dini dan harus dipikirkan secara sungguh-sungguh mulai dari sekarang. Artinya hidup itu adalah pilihan dan pekerjaan adalah bagaian dari hidup kita sebab kita butuh survive dan uang adalah sarana untuk survive dan uang bisa didapatkan hanya dengan bekerja. , oleh karena itu pekerjaan adalah pilihan. Maka pilihlah yang paling strategis untuk dunia maupun untuk akhirat.

Lalu pekerjaan jenis apa yang seperti itu?? Teringat dalam salah satu kajiannya Ust. Anis bahwa carilah pekerjaan yang memenuhi 5 kriteria., yang pertama carilah pekerjaan yang tidak membutuhkan banyak waktu kita karena waktu kita untuk dakwah., carilah pekerjaan yang tidak membutuhkan kehadiran kita secara langsung karena kehadiran kita untuk dakwah, carilah pekerjaan yang tidak membutuhkan pikiran kita karena pikiran kita untuk memikirkan dakwah, carilah pekerjaan yang tidak menghabiskan tenaga kita karena tenaga kita untuk dakwah dan yang terakhir hasilnya harus besar.

Jenis pekerjaan apakah itu? Ikhwah fillah, setiap kita tidaklah sama dan juga setiap kita memiliki resep yang berbeda oleh karena itu kita dituntut untuk memikirkannya mulai sekarang., dan saya yakin pasti akan ketemu. Sejak saat itu saya mencoba memikirkan, memahami dan menghayati serta menghubung-hubungkan dan akhirnya saya menemukan sebuah hadist Rosululloh bahwa dari 10 jenis pekerjaan 9 diantaranya menghasilkan rizki paling banyak yaitu berdagang. Nah, berdagang itu konteksnya sangat luas, bisa berbisnis, bisa menjadi pengusaha dan bisa sebagai pedagang dan lain sebagainya. Dan ternyata memang benar bahwa pekerjaan sepert itulah yang membuat orang menjadi banyak rizkinya sebagaimana apa yag telah dicontohkan oleh Rosululloh 14 abad yang lalu.

Beliau Muhammad SAW adalah seorang bisnisman sejati. Sejak usia 6 tahun beliau sudah belajar untuk berbisnis., di usia muda beliau sudah lebih dari 18 kali keluar negeri untuk berdagang ikut pamannya Abu Thalib. Setiap kali pulang dapat keuntungan satu ekor unta betina yang sedang hamil, makanya saat beliau berusia 25 tahun beliau mempu memberi mahar 20 ekor unta merah untuk Khadijah r.a yang kalau dikurskan dalam rupiah bernilai setengah hingga 1 miliar, subhanalloh., luar biasa..

Ternyata memang dengan menjadi pengusaha banyak sekali hal yang bisa didapatkan dan inilah sebuah pekerjaan yang bernilai strategis. Kenapa strategis karena pengusaha yang sukses secara materi tentu akan jauh lebih besar jika dibandingkan pekerjaan lainnya misalnya sebagai PNS atau dokter atau karyawan atau pegawai tambang atau anggota dewan atau bahkan menteri. Sebagai pengusaha yang jujur dan kredibel disamping secara materi yag ia dapatkan akan lebih besar maka secara ukhrowi pun dia akan mendapatkan keberkahan uang.

Uang akan lebih barokah terbebas dari ribawi, gharar dan sebagainya karena ia bisa mengatur dari mana sumber pemasukan dan pengeluarannya., bahkan secara lebih jauh seorang pengusaha bisa memanajemen waktu nya sesuai dengan agenda-agenda dakwahnya., dan saya kira hal ini tidak bisa kita lakukan secara sempurna jika kita bekerja sebagai karyawan atau PNS dan sebagainya karena kita harus taat pada perturan atasan.

Ustad Sumiyanto dalam salah satu kajianya menukilkan sebuah hadits yang berisi seorang pengusaha yang jujur dan benar-benar ikhlas pekerjaanya karena Allah maka ketika mati dia akan diangkat bersama para syuhada. Bahkan secara lebih jauh lagi seorang pengusaha akan mampu memberikan banyak kemanfaatan baik bagi dirinya sendiri, keluarga, atau masyarakat sekitarnya. Bagi diri dan keluarga dia tentu akan mampu survive, dia mampu berzakat, berinfak dan berhaji dengan uang yang ia miliki. Bagi masyarakat dia mampu memberikan sodakoh bagi masyarakat disekelilingnya dan bahkan mampu memberikan lapangan pekerjaan yang dapat mencukupi kebutuhan hidup masyarakat disekitarya, subhanalloh..inilah nilai tambah sebagai pengusaha,. Apalagi kalau kita flashback lagi ke era sahabat dulu ternyata sebagain besar sahabat rosul adalah sebagai pengusaha atau pedagang dan ternyata mereka kaya raya., tetapi mereka juga zuhud terhadap kekayaanya itu, artinya siap menafkahkan sebagian besar hartanya untuk berjihad fisabilillah., rosul pun zuhud akan kekayaannya itu, karena itulah pilihan, beliau memilih meninggalkan harta kekayaan yang ia miliki karena piliahan beliau sendiri.

Beliau sudah merasakan kakayaan dunia di saat usia muda, dan saat beliau menerima wahyu kenabian yaitu saat usia 40 tahun beliau sudah tidak lagi memikirkan bagaimana cara memperolah kekayaan dunia, semua itu telah ia tinggakan dengan ikhlas karena salah satu sebabnya adalah beliau sudah terlalu kaya, artinya masalah fundamental yang satu itu sudah terpenuhi dan tidak menjadi agenda utama karena agenda beliau saat setelah menerima wahyu kenabian adalah dakwah bagi Islam. Rosul adalah orang yang paling sibuk di dunia, telah berperang lebih dari 80 kali dalam hidupnya, menjadi pebisnis, pemimpn negara, pemimpin umat, paling ramah dengan masyarakat, sayang pada anak-anaknya, paling mesra pada istriya dan hormat pada seluruh sahabat-sahabatnya. Terbukti seorang pengusaha yang mampu memanajemen usahanya juga mampu menanajemen hidupnya dan seluruh aktivitasnya dengan baik. Nah, kira-kira seperti itulah kisah rosul dan para sahabt yang telah menjadi inspirasi utama kita untuk bisa menentukan pilihan – pilihan hidup kita. Pilihan hidup yang strategis, pilihan hidup yang membahwa misi mulia, pilihan hidup yang memberikan banyak kemanfaatan bagi masyarakat dan bangsa kita. Berbisnis untuk mengangkat perekonomian bangsa.

Dalam berbagai sumber dikatakan bahwa salah satu syarat terbentuknya negara maju adalah jika minimal 4% dari total penduduknnya adalah pengusaha atau pebisnis atau entrepreneur. Nah, sekarang kita lihat Singapura telah memiliki 7% pengusaha dari total penduduknya, Jepang sudah lebih dari 12-13% dan Amerika kita dapati setiap menit muncul 1-2 pengusaha baru. Sedangkan kita Indonesia sampai saat ini baru sekitar 0,2% dari 240 juta adalah sebagai pengusaha. Jadi masih sangat jauh untuk sekedar memiliki satu syarat dari banyak syarat berdirinya sebuah negara maju. Oleh karena itu inilah tugas kita sebagai generasi-generasi muda harapan bangsa. Mulailah kita berpikir maju dan strategis dalam banyak hal sehingga kita dapat memberi banyak kemanfaatan bagi orang lain karena rosul bersabda sebaik-baik manusia adalah yang bisa bermanfaat bagi manusia yang lainnya. Yakin lah, tidak ada kata terlambat.

Namun yang sering menjadi “permasalahan” selama ini adalah mental masyarakat kita yang mungkin bisa dikatakan rapuh, lemah dan apa adanya., pada saat ini masyarakat lebih bangga jika mereka bekerja sebagai PNS misalnya. Masyarakat jauh mementingkan prestise, derajat sosial dan mungkin dana pensiun dsb., cara pandang masyarakat seperti ini yang perlu diperbaiki dan ternyata memang tidak mudah, sebab sebagian besar masyarakat kita ternyata seperti itu, apakah karena warisan penjajah kolonial dulu yang begitu meninggikan status “AmbtenaR”. , ambtenar adalah bahasa Belanda dari kata pegawai. Betapa kita lihat dahulu bahwa masyarakat yang bisa menjadi ambtenar adalah dari kalangan menengah ke atas. Anak demang, anak kulit putih atau anak para bangsawan serta saudagar kaya., sedangkan masyarakat kecil tidak pernah ada kesempatan sama sekali dan oleh karenanya selamanya akan dipinggirkan. Pada saat itu sebagai ambtenar sangat menyenangkan, hidup enak serba kecukupan dan memiliki strata sosial yang tentu lebih tinggi. Nah, hal itulah yang ternyata juga diidam-idamkan oleh semua masyarakat tak terkecuali golongan masyarakat kecil sekalipun pada waktu itu. Mereka berkhayal bagamana enaknya menjadi ambtenar, dan akibatnya mimpi-mimpi mereka itu ia tularakan kepada anak cucu mereka hingga sekarang.

Dampaknya? Seperti inilah negara kita. Begitu banyak para perindu PNS. Begitu lowongan dibuka ribuan orang sudah mulai antre mendaftarkan diri yang terkadang setiap instansi hanya membutuhkan 1-2 formasi. Merela rela berjam-jam antre, perpanas-panas, perpeluh kerigat dan bahkan rela bolak-balik ngurus surat ijin, fotocopy dan urusan administrasi lainnya, dan parahnya tidak sedikit dari mereka rela merogoh uang jutaan rupiah sebagai pelican agar ia diterima di salah satu formasi lowong yang ada. Bahkan ujian pun terkadang atau mungkin sering terjadi praktek-praktek tidak jujur, budaya KKN juga sudah berkembang dalam proses penerimaan CPNS di negeri ini. Mereka rela melakukan seperti itu hanya demi status. Mungkin mereka sadar gaji PNS tidak besar namun statuslalah yang menjadi jaminan mereka mau mengorbakan segalanya, atau uang penisun lah yag mereka kejar atau sertifikat sebagai seorang pegawai negeri yang bisa “disekolahkan” yang ia kejar sehingga mereka mau mengorbankan segalanya. Tentu saya kira tidak semuanya seperti itu, masih banyak orang-orang yang jujur di dunia ini, masih bayak juga orang-orang yang amanah di dunia ini. Atau karena memang sejak awal dia pingin mengabdi bagi bangsa ini sebagai PNS bisa jadi itu juga adalah pilihan mereka., sekali lagi itu adalah pilihan. Namun saya kira masih banyak juga orang-orang yang professional yang bekerja di instansi pemerintah. Sebab bagaimanapun kita butuh pelayanan negara yang baik dan itulah para pegawai negeri.

Secara kultural masyarakat kita tidak seperti China atau Jepang yang ulet dan tangguh dalam berdagang serta memiliki banyak kreatifitas dan inovasi dalam mengatasi masalah hidup mereka. Apakah gerangan penyebabnya?? Apakah tanah kita terlalu subur diatas zamrud khatulistiwa? Tanam batu dan tongkat berubah jadi tanaman., atau kekayaan laut kita yang luar biasa besar? Apakah kita sudah cukup dengan semuanya itu sehingga kita tidak perlu lagi bekerja keras? Apakah jumlah penduduk kita yang sudah sangat banyak ini sudah membuat kita merasa disegani olah masyarakat internasional? Tentu seabreg alasan lain mungkin akan mudah dikeluarkan mulut kita ketika kita disinggung maslah tersebut.

Ironi memang, kita kaya akan singkong tapi masih tetap saja impor sigkong dari Italia. Kita kaya akan sawah tapi tidak bisakah kita berswasembada beras lagi?? Kita kaya akan tambang tapi sudah sejauh manakah optimalisasi kekayaan bumi kita untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat sebagaimana tercantum dalam UUD pasal 33 ayat 3 sehingga setidaknya sampai saat ini Freeport, Newmount dan perusahaan asing yang lainnya tetap masih mendominasi hasil bumi kita. Tentu kita tidak bisa membiarkan begitu saja akan “dosa-dosa” besar para pendahulu kita tetap berlanjut hingga merampas kebahagiaan anak cucu kita kelak di masa depan.

Lantas apa yag bisa kita lakukan??? Apakah cukup dengan berdo;a “Ya Allah tolong turnkanlah hujan dari langit?” dan sebagainya?? Silahkan dijawab sendiri ya…

Hmmm, aku sendiri sekarang “malah” menjadi pendidik / dosen di sebuah kampus di Jogja yang katanya akan berubah menjadi negeri..sekali lagi itu bukan aib, atau kesalahan tapi itu adalah pilihan. Tapi ingat bahwa kemauan dan keinginanku untuk berbisnis seperti rosul dan para sahabat menjadi sebuah goals yang semoga bisa terealisasi amiin, insya Alloh.

Ada apa dengan CPNS BPN??

Ini adalah tulisanku pada akhir tahun 2010 lalu, dibaca-baca lagi kaya’e kok lucu, ngangeni dan ingin rasanya tak share dengan teman2 semua , semoga menginspirasi..

Akupun mendaftar CPNS BPN tahun ini, apalagi tahun ini instansi itu menerima cukup banyak untuk jurusanku yaitu sekitar 75 formasi. Cukup menggiurkan memang.. Segala proses pendaftaran tidak mengalami kendala, semua syarat sudah dilengkapi tanpa kendala apapun. Sampai pada masa ujian tulis aku menemukan hal yang tidak pada biasanya. Ujian tulis dilakukan pada hari Sabtu, 13 November 2010 jam 08.30 namun entah mengapa aku pagi itu tidak begitu bersemangat sehingga aku tiba di Sportorium UMY sekitar jam 08.35, artinya aku terlambat 5 menit. Benar saja pintu sudah ditutup dan oleh penjaganya tidak boleh dibuka lagi. Akupun waktu itu cukup kaget begitu juga dengan beberapa peserta yang terlambat datang. Seketika itu juga aku memutuskan untuk pergi dari gedung itu dan aku hanya kepikiran bahwa barangkali memang aku tidak ditakdirkan di BPN namun aku sangat menaruh harapan pada ujian CPNS di Kementerian Pertanian yang dilakukan dua hari sebelumnya ditempat yang sama.

Disaat aku melangkahkan kedua kakiku meninggalkan gedung itu, maka terdengar suara teriakan dari arah gedung itu, ternyata suara itu dari petugas panitia CPNS dan kami pun akhirnya disuruh masuk untuk mengikuti ujian. Akupun akhirnya langsung berlari menuju gedung itu dan mengikuti ujian CPNS BPN. Di dalam ternyata soal-soal sudah dibagikan dan aku segera mencari kursi ujianku dan segera meminta lembaran soal lembar jawaban ujian.

Pada saat mengerjakan ternyata aku tidak menemui kenyamanan dan kemudahan. Tidak sebagaimana yang aku lakukan pada dua hari sebelumnya ditempat yang sama saat aku mengerjakan soal-soal CPNS Kemtan. Soal BPN ini terasa begitu menyulitkan aku, aku tidak tahu kenapa begitu sulit. Padahal kalau dipikir-pikir semua soal-soal CPNS yang telah aku kerjakan dari berbagai kementerian memiliki substansi dan tingkat kesulitan yang sama. Namun akhirnya akupun bisa menyelesaikan semua soal-soal tersebut dengan penuh ketidakyakinan.hehehe…. Lagipula baru kali ini aku dapati panitia ujian CPNS mengumumkan pada peserta ujian bahwa soal-soal yang dibagikan kemungkinan ada yang salah dan tidal relevan dan akan ditulis diberita acara. Jadi, aku pikir dari segi profesionalitasnya saja mungkin menjadi sebuah tanda Tanya. Sudahlah tidak perlu dicemaskan tentang masalah itu. Kalau diterima ya syukur wal hamdulillah tapi kalau tidak ya..innalillah. (“ketika mimpimu yang begitu indah, tak pernah terwujud ya sudahlah.., saat kau berlari mengejar anganmu dan tak pernah sampai..ya sudahlah..”)

Pada hari pegumuman ujian tulis, ternyata benar rasa pesimisku terjawab sudah. Namaku tidak muncul untuk yang ke dua kalinya di pengumuman tersebut. Aku benar-benar tidak lolos ujian tertulis BPN. Dari sekian banyak yang mengikuti ujian ada sekitar 200 orang dari jurusanku yang lolos tes terulis dan siap untuk wawancara, yang nanti pada akhirnya akan diambil sebanyak 75 formasi. Waktu itu aku tidak menyesal sama sekali, bahkan optimisku semakin tumbuh dan semakin yakin bahwasanya Allah akan memilihkan tempat terbaik bagiku. Setelah melihat nama-nama siapa saja yang lulus, ternyata banyak juga teman-teman dari satu almameter yang dinyatakan berhak ikut tes wawacara. Akupun langsung memanfaatkan kesempatan ini untuk memberikan ucapan selamat kepada teman-temanku yang lolos melalui sms, semoga dapat sukses dalam menghadapi proses ujian selajutnya dan ditempatkan ditempat yang terbaik….(di sisi Nya..). Aku cukup bangga dengan teman-temanku yang lolos semoga jika nanti diterima maka akan menjadi sumber risky yang barokah dan halal untuk mereka. Amiin.

Aku tidak menyesal atas segala kejadian ini. Sekali lagi aku katakan bahwa aku tidak menyesal apalagi sedih, justru senang teman-temanku pada lolos, sebab saat ini begitu sulit mencari pekerjaan. Apalagi untuk jurusanku, waduh susahnya minta ampun kecuali bagi orang-orang yang kreatif dan bermental “petarung”. PNS memang harapan sebagian besar para pencarai kerja di negeri ini. Setiap tahun ribuan orang melamar pekerjaan untuk menjadi PNS. Jika seseorang telah diangkat menjadi PNS atau menjadi “ambtenaar” atau abdi negara yang pasti akan hidup nikmat dan nyaman. Namun yang menjadi pertanyaan adalah kenapa sih aku gagal masuk BPN? Apa salahnya dengan diriku sehingga gagal tes BPN? Jujur aku sebenarnya memang kurang begitu tertarik dengan masuk BPN (karena sudah gagal tes kan? Hehehe….) . Menjadi pegawai negeri kan uenak, apalagi jadi PNS kan kerjanya tidak ngongso, baik buruk tetep digaji, susah di PHK-nya dan tentu saja sebagai PNS dapat berbagai tunjangan serta tentu saja uang pensiun. Kenapa aku tidak tertarik?

Kalau PNS nya sih jujur aku masih tertarik , juga tidak ada yang salah dengan BPN. Namun yang menjadi alasan dan hikmah kenapa aku gagal tes BPN adalah karena pertama adalah pertimbangan geografi atau jarak. Barangkali aku tidak terlalu siap kalau ditempatkan di daerah yang jauh, seperti di Papua, Sulawesi ataupun Kalimantan. Saat ini BPN memang membutuhkan banyak pegawai untuk ditempatkan di Indonesia Bagian Tengah dan Indonesia Bagian Timur, sehingga kemungkian besar banyak yang ditempatkan di sana setelah menjalani training selama 10 bulan di Jakarta. Walaupun saat ini kita tahu bahwa sarana aksebilitas, transportasi dan komunikasi sudah cukup canggih dan modern namun tetap saja mental kedaerahanku cukup kuat sehingga mungkin saja membutuhkan sebuah perjuangan yang ekstra kuat untuk tinggal di “negeri seberang”. Apalagi ibuku juga mewanti-wanti, kalau bisa sih kerjanya jangan jauh-jauh , cukup di Jawa saja atau bahkan di Jogja saja..hehe..aku juga sih orangnya penurut jadi, ga’ mau nyusahin ibu-ku.

Hikmah dan alasan yang ke dua adalah di BPN itu sudah banyak teman-teman dari geografinya. Masa sih aku mau mengikuti arus, ikut ke sana dan ke sini seolah-olah tanpa punya pendirian dan tujuan yang jelas. Selain itu kalau di BPN barangkali kita ga’ nambah teman kecuali sedikit sebab temannya dari dulu ya itu-itu saja. Jadi, kalau ada kementerian yang lain maka aku akan mamilih yang lainnya itu , biar temannya tambah banyak, panjang umur dan tambah rejeki. (ini pendapatku aja sih..)

Alasan yang ketiga adalah, kalau kerja di BPN barangkali ilmu yang sudah aku kuasai di jurusanku tidak banyak terpakai. Emangnya selama kuliah 4 tahun aku dapat ilmu apa toh di geografi UGM? kata salah seorang temanku, kita hanya memakai ilmu kita 10% saja kalau bekerja di instansi itu. Apalagi aku juga tidak begitu menguasai tentang tanah, aku di geografi belajar tentang hidrologi, meteorologi, klimatologi dan peta. Tidak kurang dan tidak lebih. Sehingga bagiku mungkin kurang begitu cocok. Tapi sepertinya kalau dipikir-pikir, banyak teman-temanku (mungkin juga aku sendiri) yang berprinsip entah cocok atau tidak cocok yang penting bisa masuk PNS kan ga’ masalah, iya kan? Yang penting diterima dulu, masalah ilmu dan kompetensi nanti belakangan kan bisa dipelajari. Ada betulnya juga pendapat yang seperti itu, apalagi kalau kepepet tenan dan menjadi pilihan terakhir, yah pasti akan dijalani dengan sepenuh hati asalkan tidak menyimpang dari ajaran syar’i. Jadi, aku memang sepertinya lebih cocok bekerja sebagai penddik, guru, dosen atau di Kementerian Pertanian ini. Jika aku bekerja di Kemtan, maka sebagai “petani” lebih memungkinkan diriku untuk mengeksplore dan mengembangkan ilmu “pranata mangsa” warisane pak Sudib dan bu Emil ini secara lebih baik. Jadi kompetensiku akan semakin terasah, selain juga ilmu tentang “penerawangan jarak jauh” warisane pak Hartono juga dibutuhkan oleh para petani dan kelompok tani modern.

Alasan yang terakhir adalah didasarkan pada fakta dari hasil survey integritas lembaga-lembaga negara baik yang kementerian, lembaga daerah maupun layanan publik yang baru-baru ini dilakukan oleh KPK. Pada tahun 2010 ini lembaga pusat atau kementerian RI yang memiliki nilai integritas tertinggi adalah Kementerian Pertanian, bahkan sejak tahun lalu kementerian itu menempati posisi tertinggi dengan nilai 7,63. Survey integritas ini dilakukan oleh KPK sejak tahun lalu dan sudah 2 kali ini dengan tujuan untuk mengetahui, mengukur serta mengontrol manajemen produktivits kinerja lembaga dan transparansi anggaran dana untuk mengurangi tindak KKN di lembaga-lembaga tersebut . Nilai standar integritas lembaga adalah 6 dari skala rinterval 0-10. Aku lihat pada tahun ini beberapa kementerian atau lembaga non departemen yang nilai integritasnya berada di bawah standar adalah yang terendah Kementerian Perhubungan ada juga Kemhut serta BPN juga masuk di dalamnya.

Tapi aku tidak mengatakan lembaga-lembaga tersebut merupakan lembaga yang “ basah”, tapi memang patut diperhatikan terkait dengan peluang-peluang untuk melakukan KKN. Jadi, memang bagi teman-temanku semua yang sudah bekerja dan mau masuk kerja sebagai PNS di kementerian pusat maupun daerah memang seharusnya berhati-hati. Jangan sampai kita terjebak oleh system yang ada dan juga lingkungan yang ada disekitar kita.Uang bukanlah segala-galanya dalam hidup ini. Rejeki sudah ada yang mengatur. Semuanya juga tergantung dengan kita sendiri apakah mau hidup dengan ridho illahi ataupun dengan cara yang tidak syar’i itu tergantung dengan kita masing-masing.

Kalau berbicara mengenai kompetensi kerja aku hanya kepikiran tentang sebuah kata yaitu profesionalitas, atau bahasa kerennya “itqon”. Negeri ini akan sangat membutuhkan orang-orang yang mempu bekerja secara itqon pada setiap bidangnya sesuai dengan kompetensinya. Jadi, aku yakin bahwa negeri ini bakal maju dengan orang-orang yang mampu bekerja secara professional, jujur ulet dan tidak KKN.

Terakhir aku mengucapkan selamat bagi teman-temanku yang sudah bekerja di instansi negara sebagai PNS atau yang mau bekerja sebagai CPNS atau yang masih berjuang mencari pekerjaan. Tunjukkan bahwa kita adalah orang-orang yang “professional” di dunia maupun di akherat. Semoga Allah SWT memberikan kemudahan dan hasil yang terbaik bagi kita semua.

“Ya Allah berikanlah kepada kami ilmu yang manfaat, iman yang kuat, keyakinan yang tetap, lisan yang berdzikir dan selalu ingat, risky yang halal lagi baik, dan amalan yang solih.” Allah humma amiin.

Sepenggal tulisan diakhir tahun: Jum’at, 3 Desember 2010

Seragam TPA nya Baru Lho....!!! Adalah sebuah kisah nyata....

Hari itu, Kamis 28 Juli 2011… Jarum pendek menunjuk ke angka 3 dan jarum panjang mengarah ke angka 2 itu artinya jam 3 lebih sepuluh menit, bersamaan dengan berkumandangnya suara adzan tanda "istirahat" bagi diriku telah tiba. panggilan untuk menunaikan sholat ashar telah menggema di seantro, sudut-sudut dan pelosok kampung ini. semua orang pun mendengarkannya kecuali yang sedang dalam keadaan "tidak sadarkan diri". Akupun bergegas meninggalkan aktivitasku yang seharian berada di depan laptop kesayanganku. Jari-jemari tanganku telah menari-nari diatas susunan huruf abjad selama seharian, tarian yang menghasilkan rangkai tulisan atau lebih tepatnya sebuah "karangan indah" yang kelak akan aku jilid dan akan dicorat-coret oleh para doktor dan profesor di kampusku. iya, itulah thesis….Seharian penuh dan bahkan sudah berhari-hari dan berminggu-minggu aku melakukan aktivitas seperti itu, tapi laptopku masih tetap saja setia menemaniku. Laptop ini sudah cukup lama membersamaiku, aku ingat sudah 5 tahun laptop ini bersamaku. Laptop ini hadir disaat aku begitu membutuhkannya, tepatnya yaitu saat aku KKN di Kulon Progo dulu tahun 2007, saat aku masih menjadi mahasiswa S1. Saat itu laptop tidak sebanyak seperti sekarang ini, masih lumayan langka dan aku kira sekarang laptop seperti ini sudah tidak diproduksi lagi. namun aku begitu bersyukur atas seluruh nikmat dan karuniaNya. Laptop ini telah menghasilkan sebuah karya yang bernama skripsi, dan kelak sebentar lagi akan menghasilkan produk yang kedua yang bernama thesis..dan apakah kelak laptop ini akan menghasilkan produk yang ketiga yaitu disertasi?? hah, aku tidak tahu itu..tapi sejauh ini dan sampai saat laptop ini masih baik-baik saja....'kembli ke laptop'..

Saat -saat sholat adalah saat-saat istirahat bagiku dari pikiran yang penuh sesak dan gak karuan., aku pun bergegas meninggalkan rumah untuk pergi ke masjid, seperti biasa tidak banyak yang menunaikan sholat ashar secara berjama'ah dimasjid itu, bisa dihitung dengan jari,,hanya sekitar 4-5 orang saja itupun bapak-bapak, siapa lagi kalau bukan pak Sanyoto, lek Margono, lek Basuki, pak Zanuar dan aku sendiri,,,. tapi aku kira dimana-mana seperti itu, tidak hanya ditempatku saja namun hampir diseluruh pelosok negeri ini. Sholat ashar memang salah satu sholat yang berat untuk dilaksanakan disamping sholat subuh, hal ini telah disabdakan oleh Rosululloh SAW dalam sebuah hadits yang isinya kurang lebih., "barang siapa yang tahu balasan sholat ashar dan subuh secara berjamaah di masjid, maka dengan merangkak pun akan dilakukan" namun sayangnya tidak semua orang mau, tahu, sadar dan syukur-syukur melakukannya.

Hari ini adalah hari Kamis, aku pun teringat bahwa setiap hari kamis ada jadwal mengajar TPA di masjid Nurul Huda. santrinya lumayan banyak lebih dari 30 anak baik putra dan putri. Aku cukup senang melihat antusisame dan semangat adik-adik untuk mengaji. Begitu pula semangat para orang tua santri yang luar biasa. Mereka begitu berharap agar kelak anak-anaknya manjadi anak-anak yang soleh dan solehah. Akupun berharap demikian agar kelak kampung ini menjadi kampung yang memiliki masyarakat yang "madani" masyarakat yang Islami, ada orang-orang yang mampu melanjutkan dan meneruskan risalah para nabi dan anbiya' menyampaikan kebenaran dan kebaikan. Aku pikir kalau tidak mereka siapa lagi?? kalau tidak adik-adik ini siapa lagi kan? Sejak dulu sampai sekarang aku selalu bertanya-tanya demikian dalam benakku. Lantas apa yang bisa aku lakukan??

Mengajar TPA adalah sebuah kewajiban yang harus aku tunaikan selama aku masih mampu, aku pikir entah siapa lagi yang akan melakukannya jika tidak aku harus memulainya dari sekarang, dikampung ini aku merasa tidak ada yang bisa aku harapkan kecuali aku mengharapkan diriku sendiri. Aku hanya bisa menyuruh diriku sendiri untuk tetap istiqomah melakukannya selama aku masih mampu. Walaupun aku sadar bahwa segala keterbatasan pastilah ada. Tapi segala keterbatasan ini aku nikmati saja. Sebenarnya kalau aku pikir-pikir, kenapa kok aku masih disini ya?? kenapa diriku masih ditakdirkan dan diijinkan tinggal disini oleh Alloh? Tinggal ditanah kelahiraku? Pertanyaan itu telah lama muncul didalam pikiranku sejak setelah aku lulus kulaih 2 tahun lalu. Sebenarnya waktu itu aku ada tawaran bekerja menjadi dosen UNP di Padang dan ada tawaran bekerja di Jakarta juga dari kakak angkatanku, tapi entah kenapa aku tidak begitu mempedulikannya dan waktu itu aku memang tidak kepikiran pergi kemana-mana setelah lulus. Aku hanya kepikiran aku pingin langsung melanjutkan kuliah lagi di Jogja, itupun juga karena ada dosen yang menyuruh kuliah lagi dan kebutuhan di jurusan untuk spesialisasi hidrologi dan klimatologi ke depan sangatlah terbuka lebar. Akupun tidak berpikir panjang dan membultkan tekad untuk itu..Akhirnya sampai sekarang aku masih mengajar TPA dan apakah itu adalah pertanda bahwa aku akan tetap setia untuk tidak kemana-kemana?? Tapi dalam perjalanannya dan akhir-akhir ini pikiranku mulai" bergemuruh", banyak sekali kesempatan-kesempatan yang menggiurkan untuk hijrah ke negeri seberang dan sebrang pulau, entah Kalimantan, Sumatera atau bahkan Sulawesi. Tapi entahlah aku kira Allah akan menempatkan dimana yang terbaik bagiku. Ttapi yang pasti aku masih mengajar TPA....hehe.... rada ra nyambung,,kembali ke laptop..

Lantunan senandung Hadad Alwi dan Sulis selalu aku bunyikan melalui menara pemancar masjid sebelum TPA dimulai, karena tanpanya para santri mengira bahwa TPA-nya libur...Aku biasa memaki HP ku sebab kalo harus pake tape agak susah dan kurang praktis, apalagi tape di simpan di gudang lantai atas sebelah kiri, lagian aku juga gak bawa kunci gudangnya, jadi aku pakai HP ku yang lumayan bagus untuk membunyikan music. Aku sambungkan langsung dengan microfon, lucunya kalo pas aku sedang on air kemudian ada yang nelpon atau sms...wah nada nya bisa berubah jadi nada dering Hp ku (islam cinta keadilan…izzatul islam) dan pastilah seluruh pelosok desa akan kedengaran…

Hari ini ternyata cukup spesial, aaahaaa spesial? kenapa? setelah sekitar beberapa menit aku bunyikan senandung lagu, lagu pertama berjudul Jagalah sholatmu,, "Jagalah sholatmu yang lima waktu....". lagu ini memang enak untuk didengarkan dan akupun suka dengan lagu ini..., ternyata setalah 5 menit masih belum ada santri yang nongol..beberapa saat kemudian setelah aku beranjak turun dari tangga masjid menuju lantai 1 ada salah seorang santri yang datang menghampiriku...dengan tergopoh-gopoh rupanya ia sembari turun dari sepeda sambil mengucapkan salam. "As..as..assalamu'alaikum...mas mau ambil seragam TPA, kemarin lupa belum diambil, mbayarnya kurang 20rb kan??,," ..."wa'alaikummussalam...eh dek Sousan, kenapa kemarin belum diambil?"jawabku sembari beranjak turun ke lantai 1. "iya mas, kemarin pas rapat wali santri, bapak ibu pergi..tidak ada yang di rumah, jadi cuman aku sendiri yang di rumah"..."ya, udah gpp,, seragamnya di masjid bawah je, sebentar saya ambilkan ya dek". Setelah aku ambilkan kemudian aku serahkan seragam tersebut ke santri itu sembari berkata " nanti seragamnya dipakai ya dik.." .."iya. mas" kata anak itu sambil ngeloyor keluar masjid tanpa salam...

Wuih....., masjid terasa tampak kotor sekali, lho kok ga' ada karpet nya? pada kemana nih?? sesat aku teringat bahwa karpet-karpet itu sedang di laundrykan dalam rangka menyambut datangya bulan suci ramadhan., tanpa pikir panjang aku pun mengambil sapu dan menyapu lantai masjid yang terlihat begitu kotor. Sesaat ketika aku nyapu datang seorang santriwan dengan malu-malu dibumbui senyum kecil dimulutnya. Tampaknya ia memakai baju baru, warnanya biru kota-kotak dan biru polos untuk celananya. Di dada sebalah kanan tertulis sebuah nama seseorang yang tampaknya tidak asing bagiku dan di dada atas sebelah kiri ada logo TPA Nurul Huda,,,,"subhanalloh..seragamnya baru niih...wuih bagusnya..." selorohku, sambil malu-malu anak itu agak sedikit tertawa tapi tanpa suara.."hihihi..." ., santri kecil itu bernama Alif, lengkapnya Alif Nurochman.., seperti biasa dia memang selalu datang pertama kali setiap ada TPA sebab rumahnya paling dekat diantara santri yang lainnya, di depan masjid soale...hehe. "ya udah, ambil sapu yuk dik, kita nyapu bareng-bareng" pintaku kepadaya.

Tak beranjak lama datang lagi seorang santriwati, perawakannya sedikit agak gemuk tapi tetap cantik ,,,,ia memakai baju dengan warna yang sama dengan Alif, bedanya ia berkerudung dengan kerudungnya berwarna biru muda dihiasi kota-kotak dibagian pinggirnya serta ada sebuah logo TPA di bagian depan, ada semacam sabuk yang terbuat dari kain berwarna biru di pakaian yang ia kenakan, ia memakai rok panjang berwarna biru tua hampir sama warnanya dengan apa yang dikenakan Alif. Terlihat tampak anggun santri itu memakai baju itu...subhanalloh..."assalamu'alaikum.." aku pun menjawab "wa'alaikum salam...eh dek Diah..,,waduh-waduh seragamnya baru nih yee.." anak itu pun hanya senyum-senyum tersipu malu.."yuk ambil sapu, kita bersih-bersih tempat" ajakan ku pada anak itu.

Lantai masjid itu tampak kotor sekali., banyak debu-debu yang bertebaran diberbagai sudut ruangan, memang biasanya setiap kali karpet digulung pasti banyak debu dibawahnya, begitu juga yang terjadi dengan kondisi masjid saat itu. Masjid ini berlantai dua, bagian atas untuk sholat sedang bagian bawah untuk berbagai aktivitas seperti TPA dan agenda-agenda rapat. Lantai bawah beralaskan porselen/tegel warna putih. kaca-kaca jendela terlihat sangat kotor, tampaknya sudah lama ga' di bersihkan sedang atap-atap langit di beberapa sisi sudutnya terlihat beberapa lamat (sarang laba-laba) mulai menempel di dinding. Begitu juga kipas angin gantung yang berjumlah tiga buah diatas langit-lagit itu sudah tampak kotor sekali. Namun kelihatannya kipas-kipas itu kondisinya masih sangat bagus sejak pertama kali masjid ini dibagun sekitar 13-an tahun yang lalu. Pintu ruangan sebelah selatan dekat kamar mandi sudah lama ga' bisa dibuka, karena tergembok dan kuncinya hilang entah kemana. Dulu sewaktu masjid ini belum tingkat, barang-barang yang disimpan di masjid ini sering kecurian. Mereka para pencuri itu mengambil sajadah, mukena, kotak infak dan beberapa barang lainnya. Biasanya mereka melakukan aksinya lewat pintu sebelah selatan ini, karena posisinya memang relative tidak terlihat dari jalan dan cukup tesembunyi. Mereka mencungkil pintu yang terkunci dari dalam, tidak terlalu sulit sebenarnya untuk melakukan hal itu. buktinya para pencuri mudah sekali masuk. Melihat kejadian tersebut sering terjadi di masjid, lantas waktu itu oleh pengelola masjid diputuskan membeli beberapa set gembok untuk mempekokoh keamanan masjid dan alhamdulillah sampai sekarang kejadian itu sudah mulai berkurang. Pintu utama masjid lantai bawah berada di sebelah timur, tepat dibawah tangga menuju lantai dua. Sedang pintu satunya berada di sebelah utara persis menghadap ke jalan. Memang posisi masjid agak ke bawah jika dilihat dari jalan, sedangkan lantai dua kira-kira sejajar dengan jalan. Tepat disebelah utara masjid ada halaman yang agak luas dan cukup longgar untuk bermain futsal atau bulu tangkis. Saat HUT RI warga kampung juga sering mengadakan perlombaan di halaman itu. Di sebelah barat masjid, mengalir sebuah sungai yang jernih airnya, sungai itu adalah sungai Klanduan. Tepat dibawah jembatan sungai Klanduan yang terletak disebelah barat masjid, banyak para pemancing, pemancing itu datang dari berbagai daerah yang aku sendiri tidak tahu dari mana mereka, yang pasti mereka bukan warga kampung ini, kampung yang sejak dulu aman nan tentram serta damai, namun anehnya setiap kali adzan berkumandang para pemancing itu tidak tergerak untuk meninggalkan aktivitasnya untuk menjalankan sholat, entah apa yang ada dipikaran mereka, entah "ditinggal" kemana telinga mereka..hal itu sudah sering kali aku amati.

Matahari sudah mulai enggan tinggal di posisinya sebagaimana beberapa jam lalu. Walaupun begitu langit masih tampak cerah, udara sepoi-sepoi mengalir berhembus melewati sisi-sisi ruang yang kosong, bertiup disela-sela pepohonan dan semak-semak di sebelah selatan masjid. Tidak ada tanda-tanda hujan sama sekali, bahkan bulan yang begitu bersinar terang tadi malam seolah-solah enggan menghilang dari peredaran dan terlihat selalu ingin menampakkan diri, dan selalu ingin dilihat oleh segenap makhlukNya di bumi. Kami bertiga hanyut dalam ayunan tangan menggerakan gagang sapu ke kiri dan ke kanan, tak lama kemudian datang 3 orang santri mengenakan baju yang sama seperti yang dipakai Alif dan Diah, mereka berjalan tersipu malu tersenyum kecil…sambil mengendong tas dan menjinjing rok nya yang tampak kebesaran..kelihatanya mereka tidak terbiasa menggunkan rok..aku pikir tak apalah baru tahap adaptasi, ntar kalo sudah terbiasa pasti mereka tidak canggung..

Subhanalloh, apa yang menjadi impian (adik-adik menggunakan seragam TPA lagi sudah terwujud sekarang). Pada hari itu kami pun tampak semangat ber TPA lagi, dari dulunya yang sering malas-malasan sekarang menjadi rajin lagi, itu semua berkat seragam TPA. Saat itu seperti biasa TPA dimulai sekitar jam 16.15. Sekitar jam tersebut anak-anak sudah pada berdatangan. Ada yang diantar oleh orang tuanya, ada yang jalan kaki, ada yang naik sepeda dan lain sebagainya. Pokonya adak-adak (eh maaf maksunya mau nulis adik-adik tapi kepikiran anak-anak jadi adak-adak.^^) sangat semagat berangkat TPA. Seragam yang dipakai adik-adik sangat cocok dan bagus, tak terlepas dari siapa yag mendesainnya (ehemmm). Untuk seragam santri putra memang diriku yang mendesainnya bahkan sempat dipuji oleh pak Yanuar sang penjahit lhooo..., tapi itu sebenarya lebih pada sebuah inspirasi, dulu aku suka membuat desain seragam untuk kaos sepak bola ketika aku dan teman-teman masih suka main bola plastik dan salah satu desainnya seperti seragam santri putra yang baru ini, namun dulu pada akhirnya aku putuskan membuat desain yang lain untuk seragam bola ku. selain itu saat aku di kampus aku juga pernah membuat desain seragam jaket dan alhamdulillah terwujud, seragam TPA ini bagiku untuk kali kedua membuatnya, yang pertama dulu sekitar tahun 2006, warnanya lorek-lorek hitam mirip Zebra dan yang ke dua ini adalah kombinasi degradasi warna biru.

Inspirasi desain ini muncul juga berkat salah bajunya salah seorang ustadz TPA juga namanya mas Saputra^^. Sudah dua tahun ini mas Saputra tinggal di Jogja untuk bersekolah di salah satu perguruan tinggi negeri di Jogja, dan hampir setahun ini beliau membantu mengajar TPA. Dia tinggal di rumah Embahnya, Mbah Darmo namanya. Dulu saat awal-awal mau membantu ngajar TPA, dia sms ke saya.."mas ada TPA kan di masjid?, gimana sih cara ngajarnya..pake metode apa?"......akhirnya berkat ridho illahi mas saputra mau membantu mengajar TPA hingga saat ini, namun sekarang beliau lagi mudik ke Kanada, dengan menaiki bis (wuihh berapa lama tuh). Memang mas Saputra berasal dari Kanada, eh maaf maksudnya Kedondong, iya Kecamatan Kedondong Propinsi Bandar Lampung Sumatera :) Aku pikir entah apa jadinya jika Allah tak mengirim "malaikat" ke Dukuh untuk membantu ku mengajar TPA. Jadi aku merasa sangat bersyukur dengan hadirnya Mas Saputra itu. Orangnya sih enak, energik dan mudah diajak kerja sama sehingga berbagai agenda kegiatan khususnya TPA dapat berjalan dengan baik dan lancar. Terimakasih mas Saputra..jangan lupa oleh-olehya lho..

Selain mas Saputra, ada lagi orang yag berperan besar dalam mewujudkan seragam TPA yang baru. Beliau adalah mbak Santi., mbak Susanti ini juga sebenarnya bukan orang Jogja. Di Jogja dia bersekolah dan cukup lama tinggal di Jogja namun indekos di dekat kampusnya di UGM. Namun karena punya Simbah di Dukuh, maka saat menengok simbah nya maka terkadang beliau membatu mengajar TPA. Mulai dari survey harga kain, model kain, jenis kain, jadi bendahara, bagi proposal dan bahkan desain seragam putri juga beliau...jadi subhanalloh ibaratnya mbak Santi ini EO nya seragam TPA Nurul Huda! Aku sangat berterima kasih padanya. Jadi sebenarnya yang milih kain itu ya beliau ini. Namun semenjak beliau lulus dari kuliah, intensitas untuk mengajar TPA sudah mulai berkurang dan sudah beberapa minggu ini beliau sudah tidak di Dukuh karena hendak melanjutkan S2 nya di Inggris dan kemudian dilajutkan S3 di Jepang. Iya soalnya Mbak Santi sangat getol kalo ngomong sehari-hari pake bahasa Inggris sekarang ini. "Hi..How are you? will you be back here?", tapi saat-saat ketika dulu masih membantu mengajar di TPA, semuanya terasa sangat menyenangkan dan mudah. Apalagi adik-adik juga seneng diajar oleh mbak Santi. Pernah ada seorang santriwati yg bertanya kepadaku.." Mas.., mbk Santi mana je? kok gak pernah kelihatan?, sudah pulang po? padahal enak je diajar mbak Santi"., Aku Jawab " iya dek, mbak Santi sudah tidak disini lagi. sudah pergi,,sonono jauuuh..." "walaupun beliau sudah gak di sini namun adik2 harus tetap semangat ya TPA nya?".."ya syukur-syukur beliau bisa datang lagi ke Dukuh ketemu dengan adik-adik namun kalaupun tidak ndak usah kwatir, nanti kalian akan seperti mbak Santi hingga bisa menjadi ustadzah TPA yang hebat asalkan tetep rajin TPA nya.."

Alhamdulillah sekarang sudah memasuki bulan Ramadhan., walaupun ke dua ustadz/ah itu pergi for a while, tetapi TPA masih terus berjalan dengan penuh semangat, bahkan temen2 yang dulu sering membantu ngajar TPA sekarang kembali aktif mengajar lagi seperti mas Ado dan Mbak Reru. Mas Ado berjanji akan mengalokasikan waktu luangnya utuk mengajar TPA, aku sangat berterimakasih kepadanya." Mas Ado? besok-besok bisa bantu ngajar TPA lagi ya?" tanyaku kepadanya....."iya mas saya usahakan, tapi kalo hari kamis aku agak telat soale aku ikut les" Jawabnya........."oh,,it is Okay, No Prob" i said…Selain mas Ado ada juga Mas Angger dan mas Habib yang sering mbantu ngajar adik-adik, walaupun mereka tercatat sebagai santri tetapi mereka sudah berhak untuk berlatih belajar mengajar sejak sekarang, supaya ada generasi yang menggantikan dengan labih baik. Untuk yang ustdzah sekarang ada mbak Sari, Ana, kadang ada mbk Devi dan mbak Widia serta ada juga mbak Reru. Mbak Reru sebenarnya sudah sejak dulu menjadi ustadzh, tapi karena kemudian beliau sudah berkeluarga dan punya anak jadi agak sibuk apalagi juga masih harus menyelesaikan studinya di salah satu universitas ternama di Indonesia. Tapi alhamdulillah, akhir-akhir ini beliau sudah bisa membatu mengajar TPA lagi dan semoga kedepannya bisa tetap istiqomah., amiin. Aku sangat beterimakasih kedapa mereka semua..Entah apa jadinya kalo tidak ada para “malaikat” itu..

Seragam TPA sudah jadi alhamdulillah, para ustadz/ah senang, aku senang, santri senang, orangtua wali santri senang..tidak ada yang tidak senang, semuanya senang. Tepat sebelum ramadhan 1432 H seragam nya sudah jadi dan bisa dipakai. Berdasarkan kesepakatan bersama dengan wali santri seragam TPA di pakai setiap hari Senin dan hari Kamis, sedangkan hari sabtu, para santri dapat memakai pakain bebas tapi sopan. Ada satu hal yang masih harus ditunaikan, yaitu seragam ustadz TPA. hemm jadi PR kita semua..!!

Sudah dulu, ya..insya alloh disambung kapan-kapan lagi..mau nerusin "karangan indah" ku lagi..thesis..oh thesis..kapan kah engkau kan berakhir??

Rabu, 26 September 2012

Kunci Pengokoh Jiwa

1. SIAP

Senantiasa menyadari bahwa hidup di dunia ini hanya satu kali sehingga aku tidak boleh gagal dan sia-sia tanpa guna. Ikhtiar yang disertai niat yang sempurna itulah tugasku, perkara apapun yang terjadi kuserahkan sepenuhnya kepada Allah Yang Maha Tahu yang terbaik bagiku. Aku harus sadar betul bahwa yang terbaik bagiku menurutku belum tentu terbaik bagiku menurut Allah, bahkan mungkin aku terkecoh oleh keinginan harapanku sendiri. Pengetahuanku tentang diriku atau tentang apapun amat terbatas sedangkan pengetahuan Allah menyelimuti segalanya. Sehingga betapapun aku sangat menginginkan sesuatu, tetapi hatiku harus kupersiapkan untuk menghadapi kenyataan yang tak sesuai dengan harapanku. Karena mungkin itulah yang terbaik bagiku.

2. RELA

Realitas yang terjadi yaa... inilah kenyataan dan episode hidup yang harus kujalani. Emosional, sakit hati, dongkol, atau apapun yang membuat hatiku menjadi kecewa dan sengsara harus segera kutinggalkan karena dongkol begini, tidak dongkol juga tetap begini. Lebih baik aku menikmati apa adanya. Lubuk hatiku harus realistis menerima kenyataan yang ada, namun tubuh dan pikiranku harus tetap bekerja keras mengatasi dan menyelesaikan masalah ini. Apa boleh buat, nasi telah menjadi bubur. Maka yang harus kulakukan adalah mencari ayam, cakweh, kacang polong, kecap, seledri, bawang goreng dan sambal agar bubur ayam spesial tetap dapat kunikmati.

3. MUDAH

Meyakini bahwa hidup ini bagai siang dan malam yang pasti silih berganti. Tak mungkin siang terus menerus dan tak mungkin juga malam terus menerus. Pasti setiap kesenangan ada ujungnya begitupun masalah yang menimpaku pasti ada akhirnya. Aku harus sangat sabar menghadapinya. Ujian yang diberikan oleh Allah Yang Maha Adil pasti sudah diukur dengan sangat cermat sehingga tak mungkin melampaui batas kemampuanku, karena ia tak pernah menzhalimi hamba-hamba-Nya.

Dengan pikiran buruk aku hanya semakin mempersulit dan menyengsarakan diri. Tidak, aku tidak boleh menzhalimi diiku sendiri. Pikiranku harus tetap jernih, terkendali, tenang dan proporsional. Aku tak boleh terjebak mendramatisir masalah. Aku harus berani menghadapi persoalan demi persoalan. Tak boleh lari dari kenyataan, karena lari sama sekali tak menyelesaikan bahkan sebaliknya hanya menambah permasalahan. Semua harus tegar kuhadapi dengan baik, aku tak boleh menyerah, aku tak boleh kalah.

Harusnya segala sesuatu itu ada akhirnya. Begitu pun persoalan yang kuhadapi, seberat apapun seperti yang dijanjikan Allah “Fa innama’al usri yusran, inna ma’al usri yusran” dan sesungguhnya bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan, bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan. Janji yang tak pernah mungkin dipungkiri oleh Allah. Karena itu aku tak boleh mempersulit diri.

4. NILAI

Nasib baik atau buruk dalam pandanganku mutlak terjadi atas izin Allah dan Allah tak mungkin berbuat sesuatu yang sia-sia. Ini pasti ada hikmah. Sepahit apapun pasti ada kebaikan yang terkandung di dalamnya bila disikapi dengan sabar dan benar. Lebih baik aku renungkan kenapa Allah menakdirkan semua ini menimpaku. Bisa jadi sebagai peringatan atas dosa-dosaku, kelalaianku, atau mungkin saat kenaikan kedudukanku di sisi Allah. Aku mungkin harus berfikir keras untuk menemukan kesalahan yang harus kuperbaiki. Itibar dari setiap kejadian adalah cermin pribadiku. Aku tak boleh gentar dengan kekurangan dan kesalahan yang terjadi. Yang penting kini aku bertekad sekuat tenaga untuk memperbaikinya. Allah Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat.

5. AHAD

Aku harus yakin bahwa walaupun bergabung seluruh manusia dan jin untuk menolongku tak mungkin terjadi apapun tanpa izin-Nya. Hatiku harus bulat total dan yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa hanya Allah-lah satu-satunya yang dapat menolong memberi jalan keluar terbaik dari setiap urusan. Allah Mahakuasa atas segala-galanya karena itu tiada yang mustahil bila Dia menghendaki. Dialah pemilik dan penguasa segala sesuatu, sehingga tiada yang sanggup menghalangi jika Dia berkehendak menolong hamba-hamba-Nya. Dialah yang mengatur segala sebab datangnya pertolongan-Nya.

Dengan demikian maka aku harus benar-benar berjuang, berikhtiar mendekati-Nya dengan mengamalkan apapun yang disukainya dan melepaskan hati ini dari ketergantungan selain-Nya, karena selain Dia hanyalah sekedar mahluk yang tak berdaya tanpa kekuatan dari-Nya.

"Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya akan diberi jalan keluar dari setiap urusannya dan diberi rizki dari arah yang tak diduga, dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya akan dicukupi segala kebutuhannya." (QS [65] : 2-3)

(Sumber : Majalah USWAH EDISI No. 15/1999)

"Kacang Tak Boleh Lupa pada Kulitnya"

Seorang ayah mengajak anaknya yang baru saja diwisuda dari perguruan tinggi ternama duduk-duduk di pekarangan rumahnya sambil mengamati burung-burung yang hinggap silih berganti di pohon. Si anak yang berhasil meraih predikat cumlaude (sangat memuaskan) terus bercerita tentangkeberhasilanya itu serta rencana-rencana berikutnya setelah wisuda. Sang ayah dengan tekun mendengarkan cerita dan aspirasi anaknya ini dengan penuh haru dan bangga. Hingga tiba-tiba si anak berhenti bercerita karena melihat seekor burung gereja hinggap di dahan pohon yang ada dekat mereka sambil berkicau.

Sang ayah lalu bertanya kepada si anak, “Nak, itu apa?” Si anak menjawab kaget, “Masa ayah tidak tahu, itu kan burug gereja!” Lalu mereka mengobrol lagi, sementara burung gereja itu masih di sana. Di tengah perbincagan sang ayah bertanya lagi, “Nak, itu burung apa, sih?” Si anak kembali menjawab, “Itu burung gereja, Yah”.

Perbincangan dilajutkan lagi dan sang ayahkembali bertanya dengan petanyaan yang sama. Si anak mulai kesal dan jawabannya hanya dua kata saja, “Burung Gereja!” Maka dengan kesal dan geram si anak berkata kepada ayahnya, “Masa ayah tidak tahu kalau itu burung gereja, dari tadi saya sudah katakan bahwa itu burung gereja. Ayah itu bodoh atau pura-pura bodoh!”

Mendengar jawaban itu, sang ayah tersenyum sambil berpamitan untuk masuk ke dalam rumah sebentar untuk mengambil sesuatu. Sang anak yang tadinya bangga menceritakan dirinya, terpekur dengan muka kesal mamandangi ayahnya yang masuk ke dalam rumah. Selang beberapa menit, sang ayah keluar dengan membawa sebuah buku diary (catatan harian) yang sudah kotor dan lusuh. Dia menunjukkan sebuah catatan pribadinya kepada anaknya ini, yang dicatat kira-kira tujuh belas tahun yang lalu, ketika anaknya berumur antara 4-5 tahun. Pada salah satu halaman terdapat tulisan tangan ayahnya yang menceritakan sebuah kisah.

“Ketika itu, aku dan Calvin anakku yang menginjak usia lima tahun sedang duduk-duduk di beranda gubug kami. Sewaktu aku bercerita tentang pohon, tiba-tiba ada seekor burung gereja hinggap di dahan pohon tersebut. Calvin bertanya apakah yang hinggap itu, dan aku menjelaskannya bahwa itu burung.

Kemudian dia bertanya lagi burung apa, kujelaskan itu burung gereja. Calvin terus bertanya tentang rumah burung, makanannya, ibunya burung, dan sebagainya.”

“Tidak jarang dia bertanya berulang-ulang untuk pertanyaan yang sama. Terbesit dalam hati kejengkelan, namun tetap kutahan karena disinilah aku melatih diriku dan berusaha terus menerus untuk mangasihi akankku.”

Penggalan tulisan harian sang ayah ini membuat sang anak yang duduk di sampignya menitikkan air mata, karena Calvin itu adalah dirinya sendiri. Sang anak mendapat hikmah yang luar biasa, bahwa ilmu dan predikat yang dimiliki dan disandang sebenarnya tidak memiliki arti apa-apa jika tidak diwarnai oleh kesabaran dan kerendahan hati. Sekolah hanyalah salah satu cara untuk berhasil dalam menempuh ujian, namun pengalaman hidup dan pergaulanlah yang menentukan apakah kita mampu lulus dari ujian kehidupan. (Parlindungan Marpaung, Fulfilling Live)

Pertama kali aku membacanya, wuih subhanalloh ada sedikit haru dan menggetarkan hatiku. Ternyata semuanya hanyalah semu dan tidak ada yang bisa dibanggakan. Sarjana ? S1? S2? S3? Tidak ada artinya apa-apa jika tidak dibarengi kesadaran yang kuat untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Semakin tinggi ilmu seseorang maka seharusnya semakin sadar bahwa dirinya semakin bodoh. Tidak ada yang bisa dibaggakan di dunia ini kecuali hanya sesaat saja dan setelahnya tidak berguna sama sekali bagai debu-debu berterbangan dan buih di lautan.

Teman-teman marilah kita bersyukur atas segala kenikmatan yang telah diberikanNya kepada kita, jerih payah dan ketekunan orangtua dalam mendidik, mengawasi, membesarkan kita hingga seperti ini (apalagi sudah S2 dan bentar lagi bisa jadi S3…)merupakan anugerah yang tidak ternilai harganya sehingga kita pantas untuk memberikan yang terbaik kepada ke dua orangtua kita. Dan ketika kita semua sudah “sukses” kelak, maka kita tidak boleh sombong dan ujub ingat pepatah “kacang tak boleh upa pada kulitnya”

Satu lagi ..Teringat sebuah cerita yang begitu menginspirasi diriku yaitu tentang sebuah akar pada tanaman: bagaimana sang akar yang begitu susah payah harus menembus cadas tanah dan batu yang begitu keras dan begitu dalam demi mendapatkan air untuk menghidupi saudara-saudaranya (pohon,batang, ranting, daun, tunas, bunga dan buah). Karena begitu gigihnya akar mencari air walau harus susah payah maka daun, batang, ranting pun dapat tumbuh dengan baik bahkan hingga berbunga dan berbuah serta menjulang tinggi gagah di atas permukaan tanah. Namun akar tetaplah akar, dia tidak mau menampakkan dirinya barang sedikitpun kepermukaan tanah ,biarlah akar tetap menjadi akar di dalam tanah namun begitu besar peranannya dalam menyokong, menyemangati dan membantu kehidupan “saudara-saudaranya..” Semoga bermanfaat..