Membangun tekad adalah sebuah proses pengumpulan segenap energi dan tenaga jiwa yang kita miliki. Hal tersebut merupakan proses kejiwaan yang relatif rumit, namun tetap bisa dilakukan, selama prakondisian jiwa kita memberi peluag untuk itu.
Setiap usaha membangun tekad yang kuat harus selalu dimulai dengan menciptakan prakondisi kejiwaan yang baik, yaitu dengan menciptakan ketenangan jiwa. Untuk itu kita harus melakukan dua hal.
Pertama, menjaga agar suasana jiwa kita dalam kondisi yang enak dan nyaman, dengan cara memproteksinya dari berbagai gangguan emosi, seperti marah, sedih, takut, dendam, dan yang lainnya. Setiap gangguan emosi yang kita alami akan berdampak negatif pada keseimbangan jiwa kita. Gangguan emosi itu dapat menciptakan kekacauan jiwa kita, membuyarkan konsentrasi, dan melemahkan kemampuan pengendalian diri kita. Secara keseluruhan, setiap gangguan emosi yang kita alami akan mengurangi tingkat ketenangan jiwa kita.
Kedua, menjauhkan diri kita dari berbagai perilaku dan kebiasaan yang dapat mengeruhkan suasana jiwa kita, seperti banyak bicara, sikap usil, dan kebiasaan melakukan sesuatu untuk mencari perhatian orang lain. Perilaku dan kebiasaan itu berdampak negatif bagi suasana jiwa kita. Sebab, disamping menyedot banyak enegri jiwa seperti kebiasaan banyak bicara dan usil, juga berpotensi menciptakan ketergantungan jiwa pada orang lain, seperti kebiasaan mencari perhatian orang lain, serta berpotensi menciptakan konflik dan merusak hubungan personal dengan orang lain.
Viris-virus Kepribadian
Marah
Marah, untuk sebagian besar tujuannya, merupakan isyarat lepasnya keseimbangan jiwa dan hilangnya pengendalian diri. Marah merupakan gangguan emosi yang paling merusak ketenangan dan kenyamanan suasana jiwa, membuyarkan konsentrasi, mengeruhkan kejernihan pikiran, mengurangi fungsi akal, dan menyedot sangat banyak energi jiwa.
Oleh karenanya, kita membutuhkan waktu yang lama untuk memulihkan suasana jiwa dan pikiran kita, serta mengembalikannya kepada kondisi keseimbangannya, setelah kemarahan reda. Seandainya Anda marah ketika sedang bekerja, maka anda akan membutuhkan waktu yang lama untuk menormalkan kembali suasana jiwa Anda untuk dapat bekerja kembali dengan samangat, kenyamanan, dan konsentrasi yang tinggi.
Maka, tidak heran apabila Rosululloh saw mengeluarkan puluhan hadits khusus mengenai sifat marah ini. Salah satu diantaranya adalah hadits beliau yang mengatakan, "Jangan marah, jangan marah, dan jangan marah, supaya kamu dapat masuk syurga."
Maka, upaya untuk membangun ketenangan jiwa sebagai faktor pendukung penguat tekad, harus selalu dimulai dengan peningkatan kemampuan menahan marah dan mengendalikan diri saat marah.
Banyak Bicara
Sama halnya dengan marah, banyak bicara juga merupakan kebiasaan buruk yang menunjukkan ketidakseimbangan jiwa dan ketidakstabilan emosi. Banyak bicara juga mengurangi kemampuan konsentrasi, dan sangat melelahkan jiwa.
Selain itu, orang-orang yang banyak bicara juga mengurangi respek orang lain terhadap dirinya. Orang - orang yang banyak bicara lebih sering tampak egois, kurang bijak, tidak bisa berempati dengan orang lain, sulit mendengarkan lawan bicara, dan menguasai forum dengan cara yang kurang etis.
Diam adalah emas, adalah satu petuah bijak yang menjelaskan hakikat ini. Dengan diam, kita menjaga kenyamanan suasana jiwa kita, membangun respek orang lain, menghemat energi jiwa, dan memperkokoh posisi kita dalam pergaulan.
Sikap Usil
Yang dimaksud sikap usil adalah kebiasaan memanjakan rasa ingin tahu kita terhadap urusan-urusan orang lain. Kita terlibat secara "sukarela" dalam urusan orang lain tanpa permintaan dari orang yang bersangkutan, atau melakukan sesuatu pekerjaan sekedar iseng dan menghabiskan waktu, atau memanjakan hobi tertentu yang tidak berhubungan dengan pencapaiannya.
Usil adalah kebiasaan buruk yang menunjukkan pelakunya sedang mengalami kekosongan jiwa, tidak percaya diri, hidup yang tidak padat, dan cenderung tidak terencana. Orang-orang usil berusaha untuk menyenangkan dirinya dengan cara yang tidak menyenangkan orang lain. Sebab, pada umumnya, mereka tidak disenangi dalam pergaulan sehari-hari.
Sikap usil dianggap sebagai kebiasaan buruk. Hal ini dikarenakan seseorang melakukan suatu pekerjaan, yang sudah tentu menyedot banyak perhatian dan energinya, yang sebenarnya tidak berhubungan dengan proses pencapaian tujuannya. Selain itu, sikap usil juga mudah menimbulkan pertengkaran dan konflik.
Sikap usil merupakan sebentuk pemborosan energi, mengurangi ketenangan jiwa, dan berpotensi merusak hubungan personal. Karena itu, sikap usil dianggap sebagai virus kepribadian yang harus diperangi dalam proses pembangunan dan penguatan tekad.
*****
Diambil dari buku "Delapan Mata Air Kecemerlangan" karya Anis Matta...yah, dua tahun lalu aku telah membacanya, dan kini tiba-tiba aku pingin membacanya lagi..sebagai bahan evaluasi diri, sebagai bahan untuk mengembalikan "posisiku" dan "suasana jiwa" ku yang akhir-akhir ini mulai "bergemuruh".Maka dari itu, tetaplah tenang.. Semoga bermanfaat. Keep istiqomah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar