Sabtu, 07 November 2009

KKN
(Kuliah, Kuliah Nglanjutke kuliah)


Minggu ini banyak kuliah yang kosong, aku pikir memang hal itu sangat wajar apalagi bagi mahasiswa pascasarjana, karena pengajar atau dosen-dosen yang memang rata-rata bergelar professor atau doctor yang pastinya selalu memiliki kesibukan yang luar biasa. Ada yang keluar kota, keluar negeri, proyek sana dan proyek sini dan lain sebagainya sehingga berdampak pada aktivitas akademik di program pascasarjana yang aku ambil. Contohnya saja hari senin kemarin, dari dua matakuliah yang dijadwalkan semuanya kosong dan tidak ada info apapun sebelumnya kalau akan kosong, sehingga praktis teman-teman kuliah mengisi waktu mereka dengan aktivitas masing-masing. Pun sama juga seperti hari kamis yang juga banyak yang kosong, hanya ada 1 matakuliah yang diisi padahal, jadwalnya ada empat matakuliah dari jam 7 pagi sampai jam 5 sore. Begitu juga dengan hari Jum’at juga ada matakuliah yang kosong.

Disamping itu para dosen juga sering menentukan sendiri jadwal mengajarnya di kelas tidak sesuai dengan jadwal akademik yang ada sehingga dampaknya adalah ada yang satu hari bisa sampai full terisi kuliah semua dari jam 7 pagi sampai jam 5 sore. Ada juga yang satu hari tanpa kuliah satupun. Namun aku dan teman-teman menyikapinya dengan enjoy dan tidak terlalu dibebani dengan masalah itu. Kadang ada orang yang mungkin tidak suka dengan banyaknya mata kuliah yang kosong, tapi ada juga mahasiswa yang suka dengan matakuliah kosong tergantug dari cara pandang dan pola berpikir masing-masing. Kalu aku sendiri tergatung keadaan, jika pas lagi males, maka kuliah kosong menjadi “idaman”..hehe. namun jika lagi semangat-semangatya maka semuanya harus ‘Ideal”, artinya kosong tidak kosong harus produktif , maksudnya adalah ketika ada kuliah kosong maka aku berinisiatif untuk mengisi jam-jam tersebut dengan membaca buku di perpustakaan atau buka internet untuk menggali keilmuan yang berkaitan dengan matakuliah tersebut. Hehe..ideal banget tho..itupun masih tergantung dangan yang faktor-faktor yang lainya juga seperti kondisi psikologis, masalah internal, kebugaran, suasana hati dll. Namun ikhwah fillah bahwa sesungguhnya semua keadaan itu tergantug bagaimana kita bisa menyikapinya dengan baik . baik kuliah kosong ATAUPUN kuliah tidak kosong menurutku semua mengandung sisi kebaikan dan keburukan masing-masing. Jika kita bisa menggunakan serta memprioritaskan pandang positif terhadap semua keadaan maka niscaya ada sesuatu yang bisa kita ambil dari situ.

Teknologi sekarang sudah berkembang demikian pesatnya. Hal itu memungkinkan kita bisa belajar lebih baik lagi dan aku pikir belajar atau mencari ilmu tidak selamanya harus bertatap muka dengan dosen dikelas tetapi bisa dengan cara-cara yang lain misalnya membaca buku,akses internet, diskusi dengan teman dan lain sebagainya. Pernah ada seorang dosen yang menceritakan tentang bagaimana “susahnya” menjadi seorang mahasiswa “tempoe doleo”, bagaimana tidak. Dulu kuliah tidak ada yang namanya computer, paling pol adalah mesin ketik manual. Jadi jika mau mengerjakan tugas akhir atau skripsi atau thesis maka para mahasiswa harus mengetik laporannya itu secara manual. Kalau laporan itu harus digandakan sebanyak 6 buah maka cara pengetikannya adalah setiap mengetik masing-masing halaman harus menggunakan karbon rangkap enam . Sekali saja salah pencet/salah ketik maka harus diulang semua dari awa ganti kertas yag baru lagi, makanya jangan heran jika mahasiswa dulu lulusya lama-lama. Aku teringat pak Harmoko mantan menteri penerangan era orde baru, ide-ide beliau atau tulisan-tulisan beliau di media masa atau surat kabar, banyak yang terisnpirasikan dari mesin tik manual. Jadi beliau kalau nulis sampai saat ini masih sering mengunakan mesin tik manual dari pada computer karena banyak inspirasi dan ide yang muncul ketika mengetik mungkin karena suara khas nya yang terdengar “tek…tek..tek” atau proses/cara mengetiknya yang unik. Konsultasi dengan pakar dari luar daerah ataupun dari luar negeri misalnya, mereka harus menulis surat secara manual, karena memang belum ada email seperti sekarang. Sekarang dikirim baru 2 bulan kemudian ada jawabannya itupun kalu dijawab, belum lagi dari segi biayanya yang cukup mahal. Jadi, benar-benar bahwa mahasiswa jaman dulu itu yang kira-kira seangkatan-dengan bapak kita masing-masing, memiliki daya juang yang tinggi dan pekerja keras. Dulu gelar insinyur adalah gelar bagi semua sarjana muda, dan kedengaranya gelar insinyur merupakan gelar yang sangat hebat., dan memang betul bagi para insinyur memang hebat-hebat karena proses untuk menjadi insinyur adalah sangat membutuhkan perjuangan yang ekstra keras , sebanding antara gelar dan kemampuan.

Sekarang , kita bisa membandingkan dengan mahasiswa sekarang. Jaman sekarang semuanya kelihatannya semakin mudah dan canggih. Kalau mau mengetik sudah ada computer tinggal ketik dan gak perlu susah-susah. Jika kalimatnya salah tinggal didelet dan diganti dengan yang benar sebelum di cetak. Akses informasi bisa pake telpon yang murah meriah, email, internet dan dijamin lebih cepat dari segi waktu dan lebih murah dari segi biaya sehingga memungkinkan kita sebagai mahasiswa mendapatkan informasi yang lebih bayak dan lebih luas dan seharusnya mashasiswa sekarang lebih pandai dari pada mahasiswa dulu. Tapi kalau dirasa-rasakan sekarang ini, seseorang yang sudah tamat kuliah dan mendapatkan gelar sarjana kelihatannya tidak sementereng dan tidak sehebat jaman dulu. Kelihatannya jauh berbeda nilai kharismatiknya. Mungkin karena saat itu baru sedikit yang lulusan sarjana ataukah mungkin juga saat ini sudah terlalu bayak mahasiswa yang lulusan sarjana sehingga banyak lapangan pekerjaan yang terlalu penuh dan tidak cukup lagi untuk menampung semua lulusan para sarjana itu.

Tidak ada komentar: