Sepak bola dan
politik yang pada dasarnya berbeda tapi sejatinya kita bisa merasakan bahwa
sepakbola telah dijadikan alat untuk kampanye politik. Sepintas mungkin sebagai
masyarakat pecinta bola yang “lugu” tidak begitu peduli akan hal itu. Yang
penting ketika tim kesayangan bermain dan menang maka itulah kesenangan kita,
dan kita telah merasakan kebahagiaan yang luar biasa.
Namun bagai pecinta bola
yang kritis tentu saja ketika terjadi politisasi dalam sepak bola tentu akan
marah dan kecewa karena sepak bola tidak lagi mencerminkan kemurniannya dalam
bidang olahraga dan hiburan. Sepak bola tanah air “mungkin” telah dipolitisasi.
Banyak issu yang beredar di media masa bahwa saat timnas garuda muda melakukan
tur nusantara, dana yang didapat tidaklah jelas artinya larinya kemana sehingga
ada yang menafsirkan bahwa dana dipakai oleh “oknum” organisasi sepak bola
untuk keperluan kampanye politik.
Kalau kita cermati lebih mendalam memang
secara logika akan begitu menguntungkan jika bisa mempolitiasasi sepak bola.
Sepakbola punya unsur sponsor dan dana yang besar, punya unsur massa yang
banyak dan juga punya unsur loyalitas yang tinggi. Sistem politok di indonesia
adalah demokrasi, maka siapapun yang ingin menjadi penguasa daerah ataupun
pejabat negara tentu dia butuh uang yang banyak, sukungan massa yang banyak,
popularitas dan juga loyalitas para pendukungnya.
Nah, tampaknya semua syarat
ini dapat dipenuhi dengan bisa mengeksploitasi dan mempolitisasi sepak bola.
Pemilik klub bisa saja mempolitisasi sepak bola dengan dukungan suporter yang
fanatis dan loyal untuk mendukunya menjadi calon bupati atau walikota? Adakah di
negeri kita? Hal ini sangat mungkin
terjadi. Sepakbola nasional kita akan sulit berkembang jika hal ini terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar